SMILE...^_^

Selasa, 08 Mei 2012

MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – By Arif RH


MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – Bagian 1


Halloooooo !!!! Apa kabaaaarrr !!! hua ha ha ha ha ha !!! Wuakakakkkkkkkkk !!! … Lama tak sua dalam note di facebook. Ni ngomong-ngomong otak sama jari-jari saya kaku juga lama gak nulis note. Jadi saya tidak akan berbasa basi ya … Langsung saja … he he

Dalam beberapa in house training dan workshop di perusahaan kadang muncul pertanyaan ini … “Pak, berdo’a yang baik itu bagaimana sih?” … Wah jujur ini pertanyaan rumit. Mengapa? Karena yang tahu persis bagaimana baiknya ya Tuhan to ha ha ha ha. Selain itu mendefinisikan do’a juga tidak mudah. Tapi pertanyaan itu menembus kesadaran saya untuk menelaah lika liku perjalanan hidup saya sendiri. Mengapa saya sekarang bisa begini? Mengapa bisa 180 derajat berkebalikan dari keadaan saya dahulu?

Bagi saya sederhananya do’a itu ya ruh-nya adalah PERMINTAAN … NJALUK … NYUWUN. Dulu saya ini “raja-nya penjaluk-an” … rajanya minta sama Tuhan. Saya menjalankan sebuah bisnis dimana keinginan saya bahkan punya pesawat. Jangan kaget, saya punya impian punya pesawat terbang pribadi. Saya tempelkan gambar-gambar hal-hal yang saya inginkan dalam sebuah buku yang disebut DREAM BOOK alias BUKU IMPIAN. Katanya, segala sesuatu kalo kita tuliskan dan kita visualisasikan akan lebih cepat jadi kenyataan.

Setiap hari, setiap sholat bahkan kadang saya bangun dinihari untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan. Meminta kemudahan, pertolongan untuk mendapatkan hal-hal yang saya tulis di buku impian saya. Tapi saya heran, yang saya rasakan semakin saya minta-minta semakin jauh apa yang saya inginkan. Ah mungkin saya harus menangis, kurang mengiba, kurang tersungkur berlinang air mata sehingga bisa menarik perhatian Tuhan agar do’a saya diprioritaskan.

Namun apa yang terjadi … Ya tidak sebagaimana kata orang-orang. Mungkin kamu kurang puasa, oke saya puasa, tapi ya podo wae. Ah susah amat sih melobi Tuhan !!! Singkat cerita saya malah terbelit banyak utang. Dengan terbelit utang itu saya semakin mengiba, menangis sejadi-jadinya saat berdoa … TUHAAAAN MOHON DENGAN SANGAAAAAT !!!!. Dan Tuhan yang katanya MAHA MENDENGAR itu, bagi saya saat itu saya anggap tidak mendengar. Emosi saya. Akhirnya saya gak sholat. Ah biarin gak ada gunanya !!! Saya menepis kegalauan hati saya mikirin utang dengan rokok yang terus mengepul. Ahhhhh … bwuuushhhhh !!! Dulu saya ini perokok profesional. Bisa saya buktikan kok sekarang saya masih lihai meskipun udah lama stop ha ha ha.

Ups ngelantur. Balik ke topik. Lha gitu lah pokoknya. Saya perasaan udah do’a serius, khusyu, mengiba, berlinang air mata, ya pokoknya udah seperti trik-trik yang diajarkan guru-guru agama saya itu. Tapi kok gak ngefek ya? Saya mulai mempertanyakan semua hal yang diberitahukan ke saya soal do’a, termasuk tata caranya. Ini kayaknya ada yang keliru. Atau paling tidak saya telah keliru memahami do’a. Lalu terlintas sebuah pemikiran bahwa kok sepertinya do’a itu isinya nyuruh-nyuruh Tuhan. Sombong amat kita? Ah tapi kan Tuhan janji, MINTALAH KEPADAKU, NISCAYA KUPERKENANKAN BAGIMU !!!. Tapi apa dengan dalil itu terus AJI MUMPUNG njaluk njaluk sak kepenake? Puas, puas, puas?!!

Singkat cerita saya justru mulai tergugah dengan janji Tuhan yang lainnya, bahwa TUHAN AKAN MEMBERIKAN JALAN KELUAR DARI ARAH YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA. Kemudian ada lagi, bahwa JIKA KITA BERSYUKUR MAKA NIKMAT KITA AKAN DITAMBAH. Aahhhh ini cocok !!! Dua hal ini yang kayaknya kurang aku lakukan. Aku selama ini KEBANYAKAN MINTA, LUPA BERSYUKUR !!!  Saya ini sering MENYANGKA-NYANGKA melalui DREAM BOOK saya oleh karenanya ya tidak dapet jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka. Lha sukanya saya menyangka-nyangka ... Ha ha :D

Bersambung ke bagian 2 ...

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)

MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – Bagian 2


Wuzzzzzzzz langsung ganti “zaman”. Niy singkat cerita saya sudah lepas dari persoalan utang. Saya dikenalkan dunia pengembangan diri pada tahun 2007. Nah dari sini saya mendapatkan banyak jawaban atas apa yang saya alami di masa lalu terkait dengan dinamika do’a. Namun mulai tahun 2009 akhir saya mulai menyengajakan untuk membandingkan, untuk melakukan riset pribadi dengan subyek percobaan diri sendiri. Saya menyengajakan untuk MENGEJAR TARGET FINANSIAL YANG BESAR dengan DUA CARA.
  • Cara pertama dengan memperbanyak do’a yang mengiba, memelas, menangis-nangis, ah pokoknya cara yang umum itu. Menuliskan sedetail mungkin target-target saya. Nih Tuhan, harus kayak gini ya pengabulannya.
  • Cara kedua saya mengurangi isi doa yang kata-katanya banyak meminta dan memperbanyak menerima apa adanya. Menghilangkan lebay dalam mengiba, memelas, maksa-maksa dan memperbanyak lebay dalam berterima kasih atas kehidupan. Bahkan saya mulai tidak menuliskan target saya, hanya saya inginkan sekilas, tidak pake imajinasi, visualisasi dan tetek bengek yang merepotkan. Saya putuskan dalam cara kedua ini saya TIDAK MAU MENDIKTE TUHAN. Sombong amat gue nyuruh-nyuruh !!!
Dengan kualitas action yang sama dua cara tersebut saya lakukan dengan zona waktu berbeda masing-masing 4 bulan. Apa yang kemudian terjadi?

Kedua cara itu efektif, tapi LEBIH AMAZING CARA KEDUA. Dengan cara pertama target saya terpenuhi namun kerja kerasnya melampaui kadar seharusnya, begitu juga beban pikiran dan emosi yang saya rasakan. Nah dengan cara kedua  target tersebut terlampaui jauh. Lebih dari dua kali lipatnya. Saya ulangi, LEBIH DARI DUA KALI LIPATNYA. Dan yang “aneh” kerja saya tidak sekeras yang saya bayangkan. Beban pikiran dan emosi juga sangat jauh bila dibandingkan dengan yang saya alami dengan cara pertama. Mengapa kok bisa begitu? Bukannya yang umum diajarkan dan diyakini itu do’a harus rinci, membuat dan menuliskan impian, mengiba pada Tuhan sampai nangis-nangis dengan pembenaran sebagaimana anak minta sama ayahnya? Saya terus mencari jawabannya. Lama saya tidak menemukannya. Sampai saya tidak terobsesi lagi untuk menemukan jawaban tersebut malah jawabannya nongol sendiri.

Ternyata fenomena yang saya alami itu sangat ilmiah. Ini telah diteliti berulang kali dengan hasil yang sama. Saya akan copas sebuah hasil penelitian tentang kekuatan do’a. Hasil riset ini saya ambil dari sebuah buku karya SOL LUCKMAN yang berjudul  “CONSCIOUS HEALING ;  BOOK ONE OF THE REGENETICS METHOD” … Saya copas dulu dalam bahasa inggrisnya, nanti saya bahas intinya, bukan terjemahannya lo ya, english saya acak-acakan … ha ha ha ha …

Other research on the healing power of prayer suggests that a major determining factor of success or failure is the level of nonattachment of the pray-er.
Between 1975 and 1993 the Spindrift Foundation performed hundreds of thousands of tests to assess the effectiveness of directed prayer (i.e., focused on a specific outcome) versus non-directed prayer (in which only what is best for the person is requested).
Both directed and nondirected prayer worked better for the control group for whom no prayers were known to be said, but non-directed prayer showed a significantly higher success rate than directed prayer

Bersambung ke bagian 3 ...

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)


MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – Bagian 3


Ni kebetulan ada sahabat FB saya mas Halim Byll menggunakan Google translator terjemahannya kaya gini:

Penelitian lain pada kekuatan penyembuhan dari doa menunjukkan bahwa faktor penentu utama keberhasilan atau kegagalan adalah tingkat ketidakterikatan dari yang berdo’a.

Antara tahun 1975 dan 1993 Yayasan Spindrift dilakukan ratusan ribu tes untuk menilai efektivitas doa diarahkan (yaitu, fokus pada hasil yang spesifik) versus non-directed doa (di mana hanya yang terbaik bagi orang tersebut diminta).

Kedua diarahkan dan doa nondirected bekerja lebih baik untuk kelompok kontrol untuk siapa tidak ada doa-doa diketahui dikatakan, tetapi non-directed doa menunjukkan tingkat keberhasilan yang signifikan lebih tinggi dari doa diarahkan

Anda pusing ya baca terjemahannya ha ha ha ha. Emang terjemahan google gak bisa pas banget. Oke deh saya jelaskan. Bahwa setelah diteliti melalui ribuan uji coba bahwa penentu keberhasilan dan kegagalan do’a adalah tingkat kemelekatan terhadap do’a itu sendiri. Kemelekatan ini udah saya bahas di note yang lain. Intine kita TERLALU TEROBSESI DENGAN KEINGINAN, ini kemelekatan. Dan dalam riset di atas itu diujikan ada sekelompok orang yang diujicoba untuk mengarahkan do’a untuk kesembuhan seseorang.

Kelompok pertama BERDO’A DENGAN SPESIFIK DAN MENDIKTE(directed-prayer). Saya contohkan do’anya begini : “YA TUHAAAAAAAN SEMBUHKANLAH ORANG INI”. Nah jelas kan? Dalam do’a ini ada kata permintaan yang bernuansa menyuruh-nyuruh atau mendikte Tuhan yaitu SEMBUHKANLAH !

Sedangkan kelompok kedua BERDOA DENGAN TIDAK SPESIFIK, HANYA MENGATAKAN “APAPUN YANG TERBAIK UNTUK ORANG TERSEBUT KAMI MENERIMA APA ADANYA” (non-directed). Kurang lebih begitu. BEDA khan? Kagak nyuruh-nyuruh kan? Bahkan nuansanya hanya menerima, ya menerima apa adanya. Apa yang terjadi?

Ternyata kedua do’a itu EFEKTIF alias ikut memberikan kontribusi bagi kesembuhan orang yang dimaksud. Namun ada yang membedakan. Setelah dibandingkan ternyata KELOMPOK KEDUA YANG MENERIMA APA ADANYA ALIAS TIDAK MEMINTA KESEMBUHAN MALAH MEMBERIKAN HASIL YANG LEBIH SIGNIFIKAN. SIGNIFIKAN ini bahasa riset atau bahasa statistik. Kalo saya jelasin di sini ribet. Intinya JAUH SANGAT SANGAT LEBIH EFEKTIF !!!

Nah lo !!!!. Saya akhirnya menemukan jawabannya. O laaa pantes saja dulu saya mengejar-ngejar impian gak kena-kena. Giliran dengan “santai” malah pada berdatangan sendiri dan melampaui target. Ini dia kuncinya. TIDAK MELEKAT, TIDAK TEROBSESI DENGAN KEINGINAN ATAU DO’A ITU. MENERIMA APA ADANYA. Dan saya terapkan ini terus termasuk dalam melakukan terapi kepada klien. Dan ketika saya bisa membawa klien ini MENERIMA APAPUN YANG DIALAMINYA MAKA MASALAHNYA LENYAP DENGAN CARA AJAIB.

Saya kemudian mencoba membandingkan dengan karya-karya klasik para sufi. Salah satunya tulisan-tulisan-tulisan dari IBNU ATHAILLAH penulis AL HIKAM. Saya tercengang. INI COCOK SEKALI !!!

Bersambung ke bagian 4 ...

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)


MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – Bagian 4


Ada salah satu pengalaman saya terkait dengan topik yang kita bahas ini yang sempat membuat saya shock. Kejadiannya seminggu menjelang pernikahan saya. H min seminggu sebelum tanggal pernikahan saya masih ada agenda memberikan workshop untuk para pelajar di Bumiayu. Banyak yang bilang katanya kalo mau nikah itu 7 hari sebelumnya harus off kegiatan barangkali ada apa-apa. Saya bilang ini sudah kadung disett beberapa bulan lalu dan ini kegiatan sosial. Gak ono duite, cuman buat transport doank saya bilang gitu. Yo wis. Ceritanya pagi-pagi saya udah siap. Saya waktu itu rental mobil avanza. Berangkatlah saya. Jalanan sepi. Sampai di wilayah Cilongok ada satu mobil truck pelan sekali. Entah kenapa saya salip aja karena saya liat jalan depan kosong.

Saya ambil kanan dan dari arah berlawanan ada motor melaju kencang sekali. Busset kok saya gak liat. Ambil kanan sempit. Ambil kiri masih ada truck. Akhirnya saya hanya bisa ngerem. Ciiitttttttt … Mobil berhenti dan brakkkkkkkkkkkkkkkk !!!! dorrr !!! Bemper depan ringsek dihajar motor itu dan meledak keluar asap. Singkat cerita radiator avanza itu harus ganti. Semua wilayah depan pokoknya, bagian mesin. Anda bisa tebak sendiri lha wong lampu avanza itu satu biji 500 rb, itu baru lampu. Ajaibnya meskipun mobil depannya ringsek pengendara motor itu gak papa. Hanya motornya butuh perbaikan setengah juta lebih. Pusing saya. Nikah saja biayanya udah buanyak plus kejadian kecelakaan ini. Belum urusan dengan pihak rental. Soale ternyata mobil masuk bengkel selama 3 minggu. Dan anda tahu sendiri selama mobil tidak produktif perjanjian rental itu ya saya tetep dihitung sewa. Sewa sehari 300 ribu dikali 3 minggu. Plus ternyata asuransi tidak mengcover 100% biaya perbaikan. Genap sudah. Tapi saya ingat, jika saya tidak melekat pasti keajaiban sebelumnya akan terulang. APAPUN YANG AKU ALAMI DAN YANG AKU RASAKAN SAAT INI, AKU MENERIMA DIRI DAN KEHIDUPANKU, APA ADANYA.

H plus seminggu setelah saya menikah apa yang terjadi? Seakan akan kehidupan ini mengirim biaya untuk kejadian itu. Semua biaya yang saya bayar seolah diganti oleh kehidupan. Bahkan biaya nikah saya juga diganti semua oleh kehidupan. Job dari mana-mana ini siapa lagi yang mengirim kalao bukan DIA SANG MAHA MENGATUR? Dalam hati saya berguman, setiap saya tidak meminta kenapa kehidupan ini selalu memberi lebih dari yang saya harapkan? Dan ini selalu berulang. So ini JELAS BUKAN KEBETULAN. Namun ketika rahasia ini saya sampaikan kepada khalayak tidak semua bisa menerimanya. Padahal sama sekali belum dipraktekkannya. Itulah sering saya sampaikan di status bahwa KEBENARAN ITU MELAMPAUI APAPUN YANG KITA YAKINI. SAAT KITA TERKOTAK DENGAN KEYAKINAN MAKA BISA MEMBUTAKAN UNTUK MENERIMA KEBENARAN. Tapi ya monggo terserah anda he he.

Sebagaimana dibuktikan dalam riset yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya sebenarnya semua do’a itu efektif. Bedanya adalah TINGKAT SIGNIFIKANSINYA. Dan yang menentukan adalah soal KEMELEKATAN. Selama ini akhirnya saya menyadari bahwa dulu ketika saya mengiba-iba, meratap habis sholat meminta solusi itu justru TERLALU MELEKAT DENGAN KEINGINAN. Akhirnya hasilnya berkebalikan. Mulut saya meminta tapi perasaan saya memancarkan KEKURANGAN. Dan semesta ini menangkap do’a dari vibrasi atau getarannya. Kemelekatan itu penuh dengan rasa kekurangan akut. Itulah dia sebabnya jadi tidak signifikan. Do’a yang penuh kemelekatan juga menyiksa mereka yang berdo’a. Karena ia menunggu pengabulan do’a. Apapun kalo ditunggu ya terasa lama. Dan ketika ditunggu semakin jauh dan tidak jadi realita. Belum lagi dari sudut etika. Berdo’a dengan penuh obsesi beralih menjadi sikap menyuruh-nyuruh dan memerintah Tuhan. Bahkan memaksa.

Saya tidak tahu bagaimana cara anda berdo’a. Saya juga tidak akan menghakimi. Namun silahkan diujicoba sebagaimana saya suka menguji bagaimana kehidupan ini bekerja. Jangan hanya berasumsi. Buktikan sendiri. Apa yang terjadi saat anda melekat, berdo’a dengan “ngotot” dan apa yang terjadi saat do’a itu anda serahkan penuh kepada-Nya. Dan anda melupakan keinginan anda.

Bersambung ke bagian 5 ...

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)



MENGKAJI ULANG MAKNA DO’A – Bagian 5 (tamat)


Lalu apakah kontent do’a MEMINTA itu SALAH? No! maksudnya bukan begitu. Tapi PERASAAN APA yang TERPANCARKAN saat kita MEMINTA ini yang penting. MEMINTA kadang tanpa kita sadari menjebak kita pada RASA KEKURANGAN, RASA BELUM MEMILIKI. MEMINTA seharusnya menjadi sebuah sinyal bahwa KITA PASTI DIBERI. Tapi minta ini baru awal dari do’a. Akhir yang sangat penting adalah MELUPAKANNYA. Sadari bahwa YAKIN dan PERCAYA itu berbanding lurus dengan MELUPAKAN. Saya kasih contoh. Kalo anda pinjem duit kepada saya dan saya PERCAYA kepada anda pasti saya gak pikirin. Ah PASTI DIBALIKIN KOK. TAPI kalo saya TIDAK PERCAYA kepada anda pasti dipikir terus. Lha kalo do’a kepada Tuhan diulang-ulang gimana? Ya dicek saja, apa perasaan yang terpancarkan dari kegiatan itu? Kalo saya percaya Tuhan saya itu enggak budeg / tuli kok !! Sekali saja udah cukup bagi DIA. Itu yang saya yakini. Dan karena saya percaya saya lupakan, karena Tuhan saya bukan pelupa yang harus diingatkan berulang kali. Tapi saya tidak tahu bagaimana karakter Tuhan anda. Mungkin perlu diulang-ulang baru DIA ngerti? Ha ha ha mosok begitu !!!

Saya kasih contoh lain. Pernahkah dompet anda keselip entah kemana? Semakin dipikir dan diingat semakin lupa. Namun saat anda santai, lagi mandi, eek atau merokok kali, lalu TING!!! Jadi ingat. Bahkan saat sholat bisa TING !!!, ingat. Why? Karena ANDA MELUPAKANNYA ! Dan karena manusia adalah miniatur alam semesta, kemudian desain alam semesta adalah fractal holographic, maka apapun yang terjadi pada diri ini maka begitu pulalah yang terjadi di “luar sana”. Saat kita melupakan, Tuhan mengabulkan.

Beberapa waktu lalu saya pernah mengupload foto buku yang lama sekali saya cari gak dapet-dapet. Judulnya MEMBACA PIKIRAN TUHAN karya PAUL DAVIES. Tahunan saya nyari buku itu gak nemu. Setelah saya lupa dan tidak terobsesi lagi eh waktu jalan jalan ke perpustakaan daerah tiba-tiba saya liat buku itu !!! Ahaaa … semesta benar-benar sempurna cara kerjanya dan KONSISTEN !!! MELUPAKAN, MELEPASKAN, TIDAK MELEKAT. Inginkan hanya SEPINTAS SAJA atau SESAAT SAJA … that’s it !!

Nah sekarang pernahkah anda melihat orang-orang yang tingkat spiritualitasnya sangat tinggi tapi hidup bersahaja? Tidak bermewah-mewah? Kan mereka itu sudah ahli BERSERAH DIRI? Sudah sangat mudah MELEPASKAN KEINGINAN? Lalu mengapa mereka begitu? He he he … Dulu saya juga bertanya demikian. Tapi saya akhirnya tahu jawabannya. Karena saat menyelami kebenaran bahwa RAHASIA KEHIDUPAN ini ada pada MELEPASKAN dan TIDAK MELEKAT PADA KEINGINAN mereka akan kena virus GAK TERTARIK “DUNIA”. Mereka lebih suka menerima kehidupan apa adanya saja dan kalaupun meminta itu untuk dibagikan lagi. Ini level yang sangat tinggi. Saya akui tidak mudah masuk ke level ini. Saya tegaskan lagi dalam do’a meminta itu perlu. Namun inginkan sekilas saja lalu PASRAHKAN, LEPASKAN, IKHLASKAN. Dan bila sudah menyelami ini bersiaplah kena virus kurang rakus sama dunia he he he he.

Jadi kesimpulannya bagaimana? Apapun do’a kita … sepanjang apapun do’a kita selalu akhiri dengan kalimat melepaskan. Misal kalimat favorit saya ini ; “APAPUN YANG AKU RASAKAN DAN AKU ALAMI SAAT INI, AKU MENERIMA, MENCINTAI DIRI DAN KEHIDUPANKU, APA ADANYA”. Atau yang ini … “APAPUN YANG ENGKAU HADIRKAN SEBAGAI JAWABAN DO’A, ITULAH YANG TERBAIK DAN AKU MENERIMANYA SEPENUH JIWA”. Dengan kalimat-kalimat itu sejauh ini beberapa rekan saya merasa terbantu untuk tidak jadi bos nya Tuhan yang suka nyuruh-nyuruh dan maksa-maksa. Dan banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya. Ingat sekali lagi, Tuhan bukan babu anda !!

Tulisan saya ini bisa jadi keliru dan sesat semua. Tapi sempatkanlah untuk membuktikannya. Tulisan saya ini bukan untuk diperdebatkan dan juga bukan untuk serta merta dibenarkan. Tapi untuk kita lakukan bersama. Kebenarannya bukan di FB ini, tapi di kehidupan nyata. Selamat berdo’a. Sampai jumpa dalam catatan selanjutnya.

Tamat.

Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar