SMILE...^_^

Selasa, 08 Mei 2012

KARMA-SUTRA ; aKAR MAsalah SUatu TRAgedi -- By Arif RH


KARMA-SUTRA ; aKAR MAsalah SUatu TRAgedi -- Bagian 1


"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." (Terjemahan Al Qur’an Surat Al-Isra' ayat 7)

Note ini sebenarnya sudah sejak lama ingin saya tulis, tapi lama tertunda. Hasrat menulis note bertemakan “Karma” ini muncul kembali “gara-gara” note bersambung 4 seri yang ditulis sahabat FB saya Bro Fahmy Therapist Gaul tentang “Mengapa Terapi Bisa Gagal?”. Tulisan rekan saya ini bisa anda cari di wall saya karena saya ditag dalam note itu. O ya, note ini juga sangat berkaitan dengan dua note saya sebelumnya yang berjudul “Holographic System” dan "Understanding Entanglement”. Jadi kalo saya menggunakan istilah entanglement dan holographic di sini saya tidak akan menjabarkannya lagi, mohon dimaklumi. Teman-teman bisa melacak apa arti kedua istilah itu dalam note yang sudah saya tulis tersebut. Baik, kita masuk ke dalam pembahasan.

Sejak kecil nilai raport SD saya dominan angka 8 dan 9. Waktu di SMP dan SMA pun masuk peringkat-peringkat bergengsi di kelas. Sewaktu kuliah dulu, saya adalah mahasiswa yang “logis” banget. Indeks prestasi saya bahkan pernah menembus sampai angka 3,87 tertinggi satu angkatan. Saya penggila filsafat, statistika dan metode penelitian ilmiah. Beberapa kali ikut dalam tim dosen dalam melakukan riset. Dan yang bikin saya “besar kepala”, saya pernah menjadi asisten riset dosen yang sedang kuliah S3 di Jerman sana. Saya membantu memberikan petunjuk kepada teman-teman yang kesulitan mengerjakan skripsi sehingga saya dijuluki “pembimbing skripsi” ke 4 dari fakultas manapun baik eksak maupun sosial. Bahkan saya pernah memberikan guide untuk menganalisis data statistik tesis program S2 Master Ilmu Biologi. Singkat cerita begitu, dan muncullah sifat angkuh dalam diri saya. Ngerasa pinter sih. Akibatnya, ketika ngobrol atau berdiskusi arahannya selalu ke perdebatan. Saya selalu merasa puas ketika bisa mengalahkan orang lain. Nyebelin khaaaan he he he he. Untung anda semua enggak kenal saya waktu dulu qiqiqiqi.

Saya dikenal sebagai “manusia pembantai dosen”. Beberapa kali di kelas saya mempermalukan dosen sampai gak mau ngajar. Memang secara faktual dosennya salah dan ngawur sih, lulusan S2 kok payah, begitu gerutu saya dalam hati waktu itu. Salah satu kasusnya begini. Lah sang dosen lulusan S2 di kelas bilang bahwa statistik itu HANYA terdiri dari parametrik dan non parametrik. Saya interupsi dan saya ingatkan beliau bahwa statistik itu ada dua yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif. Saya jelaskan statistik pertama yaitu statistik deskriptif gunanya untuk penggambaran data yang meliputi gejala pusat ; mean, median, modus serta bentuk distribusi data melalui varian dan standar deviasi. Dan yang kedua adalah statistik induktif gunanya untuk pengambilan kesimpulan dan generalisasi. Ini kemudian dibagi lagi, statistik induktif ada dua yaitu statistik parametrik dan non parametrik dimana penggunaannya tergantung bentuk distribusi datanya. Mendengar penjelasan panjang, lebar dan detail dari saya sang dosen “ngeyel” bahwa saya ini keliru.

Dengan nada kesal kesal sang dosen bilang, kamu sudah baca buku A, B, C, D bla bla belom? Lah kebetulan semua buku yang dia sebutkan sudah saya baca semua, tempat nongkrongku di perpustakaan kok qiqiqi. Kebetulan salah satu buku yang beliau sebutkan tadi saya bawa di tas, saya ambil dari tas lalu saya tunjukkan di kelas, saya buka halaman yang membahas tentang itu dan MEMANG SAYA YANG BENAR! Wakakakak saya menaaang, mampus lu!!! Muka sang dosen memerah malu, seterusnya gak mau ngajar dan diganti dosen laen yang lebih cerdas. Teman-teman bilang kamu ini apa gak takut nilaimu jelek? Kalo nilaiku dibuat jelek gara-gara kejadian itu akan saya labrak dosen tadi itu, gak profesional itu namanya, kata saya. Dan uniknya di kartu hasil studi mata kuliah itu nilai ujian saya dapet A. Hebat hebat hebat, plok plok plok, applause, belum kena batunya sih. 

Bersambung ke bagian 2 ...


Salam Karma Sutra
ARIF RH -- Anti Debat, Penggila Diskusi 

KARMA-SUTRA ; aKAR MAsalah SUatu TRAgedi – Bagian 2


Dulu saya gak begitu paham tentang hukum-hukum kehidupan. Akhirnya ya “kepentok” alias “kena batunya". Ternyata “hobi” saya dalam mendebat orang lain sampai “habis” berbalik menghantam diri saya sendiri.” Saya ini awalnya diprediksi menjadi mahasiswa dengan IPK tertinggi dengan waktu lulus tercepat, beberapa tawaran beasiswa S2 sudah saya incar karena cita-cita saya adalah menjadi dosen. Namun apa yang terjadi? Saya baru bisa lulus kuliah selama 8 tahun 1 bulan dengan status nyaris drop out. Surat toleransi perpanjangan masa studi saya maksimal tanggal 30 September 2006, dan saya dinyatakan lulus tanggal 29 September 2006. Kalo saya lulusnya tanggal 30 September maka telah terjadi GESTAPU alias Gerakan September Tigapuluh xixixixi. Nyaris banget khaan? Dan yang lucu saat wisuda di fakultas status saya ini adalah mahasiswa dengan masa studi terlama dengan IPK tertinggi, wakakakakak. Nah kenapa saya bisa demikian?

Banyak hal yang menyebabkan saya demikian. Faktor finansial, percintaan yang kandas dan sebagainya, ini bisa anda baca di buku saya bab pertama. Namun yang kentara sekali adalah kok yo “kebetulan” saya dapet dosen pembimbing dan dosen penguji dimana dua di antaranya adalah terkenal sebagai The Most Killer Person in The Campus. Di kampus saya ada istilah untuk tiga dosen yang “kejam” yaitu The Three Mas-kentir he he he. Nah itu dia, saya yang biasa mendebat orang lain tidak bisa berkutik “melawan” kedua dosen saya yang killer itu. Dan yang repot adalah mereka sulit sekali untuk ditemui dan moody. Kalo gak pas moodnya pasti ancur deh “harga diri” dan perasaan. Salah satu teman saya bahkan ada yang sampai bawa pedang ke dosen tersebut karena merasa dipersulit dan lama sekali lulusnya he he. Ngeri banget khaan?

Saya pernah datang ke rumah salah satu dari mereka mau konsultasi dan saya diusir. Sedih sekali saya. Dan waktu itu saya belum nyadar apa sebab dari “kesulitan” dalam proses menyelesaikan skripsi saya. Itu membuat saya putus asa dan lari dari kampus selama beberapa tahun bertarung dengan kesulitan hidup dan sempat memutuskan mengakhiri hidup, kompleks sekali temans terlalu panjang untuk saya uraikan di sini. Nah, mengapa sih semua itu bisa terjadi? Sejak mengenal dunia pengembangan diri saya jadi tahu penyebabnya. Saya melihat jejak hidup saya sendiri, oh my god!!. Ternyata semua hal baik dan buruk yang saya alami sebenarnya sumbernya saya sendiri. Itulah yang saya sebut di sini sebagai KARMA-SUTRA. KARMA bagi saya adalah singkatan dari aKAR MAsalah. SUTRA adalah singkatan dari SUatu TRAgedi. Bagaimana penjelasannya?

Begini, hakikatnya segala sesuatu itu bahan dasarnya adalah energi. Anda, saya, hewan, tumbuhan, planet dan segala sesuatu adalah energy. Nah energi ini memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah bahwa "energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)". Jumlah energi di alam semesta sejak dahulu sampai sekarang adalah TETAP, TIDAK BERUBAH. Saya contohkan begini. Misal di rumah anda ada listrik dari PLN, kan itu energi tho? Lalu energi listrik itu kita salurkan lewat setrikaan maka energi itu akan mengalami konversi menjadi panas. Bila setrikaan panas itu anda lempar ke air dingin maka energi panas akan berpindah ke air sehingga air menjadi hangat plus munculnya uap plus misal ledakan setrika karena konslet plus jeritan anda jika anda kesetrum he he he. Intinya sifat energi selalu kekal, tidak musnah, hanya berubah dari satu wujud ke wujud yang lain. Lalu apa kaitannya sifat energi yang kekal itu dengan kejadian dalam hidup kita?

Bersambung ke bagian 3 ...


Salam Karma Sutra
ARIF RH -- Anti Debat, Penggila Diskusi 

KARMA-SUTRA ; aKAR MAsalah SUatu TRAgedi – Bagian 3


Setiap perbuatan kita dalam kehidupan ini pada dasarnya ya menyalurkan energi. Nah karena sifatnya kekal maka aliran energi itu sebenarnya tidak akan hilang, ia hanya berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Alam semesta adalah sebuah sistem tertutup dengan jumlah energi yang tetap. Sehingga secara otomatis apapun yang kita lakukan suatu saat pasti akan kembali ke diri kita sendiri. Sebagai ilustrasi begini. Kalo kita hantamkan tangan ke tengah-tengah air pada sebuah bak mandi pasti akan menimbulkan riak-riak air menuju ke tepi bak. Setelah riak-riak air itu sampai ke tepi bak maka riak-riak itu akan memantul kembali menuju kita tangan kita.

Kecepatan kembalinya riak-riak air itu tergantung kekuatan hantaman tangan kita ke dalam air. Aplikasinya dalam kehidupan ya berarti jika yang kita lakukan baik maka kebaikan itu suatu saat akan kembali kepada kita cepat atau lambat. Sebaliknya, bila kita berbuat tidak baik maka ia akan selalu kembali kepada kita. Namun fenomena dalam kehidupan tidak sesederhana ilustrasi bak mandi itu. Soalnya kembalinya energi itu bisa berwujud macam-macam. Begini maksudnya. Misal saya dulu suka mendebat orang, bisa jadi kembalinya berwujud suatu saat saya didebat orang juga atau bisa jadi saya kena penyakit batuk lama gak sembuh-sembuh. Nah dalam hal ini kita yang harus peka, sebenarnya ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan baik secara fisik dan non fisik yang kita alami ini sebabnya apa?

Untuk itulah yang namanya evaluasi ke dalam diri sangat diperlukan. Namun biasanya kita lebih peka dan lebih sadar jika wujud kembalinya itu sama formatnya dengan yang pernah kita lakukan. Nggampar orang lalu digampar orang juga. Menggunjingkan orang lalu kita digunjingkan juga. Dan saya banyak sekali mendapatkan kisah nyata orang lain tentang tragedi dalam hidup yang dialami sama persis dengan perbuatan masa lalu. Ada kisah yang perbuatan baik kembali baik dan kisah perbuatan buruk kembali buruk. Saya akan uraikan kisah nyata yang perbuatan buruk kembali buruk dulu. Baru kemudian saya akan cerita kisah nyata perbuatan baik kembali baik.

Kisah pertama ini saya peroleh ketika saya diundang oleh PT. Telkomsel Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah untuk memberikan pelatihan. Sepulang pelatihan saya ngobrol dengan driver armada kantor Telkomsel yang mengantar saya ke hotel. Dia bilang, “Bener banget mas yang anda sampaikan itu. Lha contohnya saya ini. Saya dulu pernah meludahi mobil karena waktu itu mobil di depan saya jalan pelan banget. Padahal ya mobilnya gak salah karena lagi macet. E alaaaa sekarang kan kerjaan saya sopir. Beberapa kali diludahi mas kaca depan mobil ini sama pengendara motor. Saya baru nyadar tadi pas mas Arif menyampaikan materi”. Nah lo, merinding khaaaan?

Kekisruhan dua hari kemarin di wall facebook saya ketika disadari saya simpulkan merupakan bentuk pencairan karma saya terdahulu. Saya dulu suka usil, menjatuhkan dan mendebat orang ya bakalan di debat dan dijatuhkan orang.­­ Dan biasanya kita sulit untuk menghindar, meskipun berusaha menghindar. Karma harus dialami sampai kita belajar sesuatu dari proses itu. Peningkatan kesadaran tersebut lah yang dalam pencermatan saya selama ini akan memutuskan rantai karma. Saya ingatkan lagi bahwa kembalinya wujud energi perbuatan di masa lalu ini tidak selalu berwujud sama dengan perbuatan di masa lalu. Wujudnya bisa berbeda. Jadi kalo kita mengalami penyakit secara fisik segera evaluasi diri. Jangan-jangan itu pencairan karma. Biasanya penyakit baru pergi jika kita menerima kehadirannya dan mengerti pesan apa yang ia bawa dalam kehadirannya. Dalam melakukan terapi kadang saya membawa klien masuk dalam sesi evaluasi ini. Karena jika itu sebuah karma saya mau pake teknik apapun gak bakalan sembuh. Penyakit itu adalah utusan peningkatan kesadaran jiwa dan perbaikan diri.

Bersambung ke bagian 4 ...


Salam Karma Sutra
ARIF RH -- Anti Debat, Penggila Diskusi

KARMA-SUTRA ; aKAR MAsalah SUatu TRAgedi – Bagian 4 (Tamat)


Nah , kisah yang kedua ini saya peroleh dari seorang siswa di sebuah SMA Swasta. Ini ceritanya komplit, kisah buruk kembali buruk dan baik kembali baik. Setelah saya memberikan materi soal Karma-Sutra dan pelatihan usai dia mendekat ke saya. Dia bilang, “Pak, bisa minta waktu sebentar. Saya mau cerita ini”. “O ya ya, silahkan. Gimana mas?”, tanya saya. “Begini pak, saya mau cerita pengalaman saya. Kisah nyata dan yang barusan bapak sampaikan itu bener semua dan saya mengalaminya sendiri. Dulu saya ini SMP nya di Batam. Lah, bapak tau sendiri maksiat di Batam kayak apa. Saya ini mafia lah pak pokoknya, malu saya ceritanya. Nah, secara akademis saya ini pintar. Dan waktu itu saya bercita-cita sekolah di SMA negeri di Purwokerto. Di situlah pak apesnya numpuk. Saya gak diterima di SMA negeri di Purwokerto ini bukan saya gak mampu. Ada saja apesnya itu. Yang berkasnya ilang lah, waktu daftar telat lah, macem-macem yang menurut saya sepele. Yah akhirnya saya sekolah di SMA ini pak.

“Di sekolah ini saya mencoba untuk berubah. Karena jauh dari teman-teman lama saya di Batam lebih mudah bagi saya untuk berubah menjauhi maksiat. Di sini saya cukup berprestasi. Saya kepingin sekali bisa ke luar negeri. Cuman ya itu tadi, setiap ada kesempatan gak kena-kena gak dapet-dapet. Ah, apes lah pokoknya. Mungkin ini pencairan karma itu. Lalu saya berupaya memperbanyak berbuat kebaikan untuk menebus kemaksiatan-kemaksiatan saya dulu. Di sini saya dapat beasiswa pak dari yayasan karena prestasi akademik saya. Diem-diem aku kasihin ke teman setiap bulan karena dia lebih butuh.Saya ikhlas ngasihnya. Waaah bener pak gak di sangka-sangka saya nembus terpilih event studi banding ke Australia minggu depan. Dan semua penjelasan mengapa itu bisa terjadi ya sebagaimana bapak sampaikan tadi itu. Makasih ya pak”

Mendengar cerita siswa itu saya melongo. Busset, ini untuk kesekian kalinya saya mendengar cerita-cerita macam begini. Ini berarti memang demikian polanya. Apalagi kalo dikaitkan  dengan konsep entanglement dan holographic system jelas sangat berkaitan. Kehidupan yang kita jalani ini hanya cermin dari apa yang ada di dalam diri kita dan apa yang ada di masa lalu kita. Memang biasanya ada jeda waktu. Karena apa yang kita lihat di tataran makro kosmos biasanya begitu, ada jeda. Saya contohkan begini, kita melihat bintang di malam hari kan? Kita menganggap bintang-bintang itu masih ada. Padahal realitasnya kita sedang melihat masa lalu. Kok bisa?

Ya begini, cahaya kan butuh waktu untuk sampai ke mata kita. Bahkan bilangannya bisa tahun cahaya. Jadi saat kita melihat bintang tersebut bisa jadi sebenarnya bintang itu sudah musnah. Kita masih melihatnya karena “lambatnya” cahaya itu sampai ke mata kita. So, secara fisika apapun yang kita lihat dalam keseharian ini sebenarnya adalah masa lalu. Nah, dalam konteks yang lebih spiritual, kehidupan yang kita jalani ini juga diwarnai oleh masa lalu kita. Apa yang saya maksud masa lalu? Ya perbuatan kita di masa lalu. Mari kita tingkatkan kecermatan kita dalam melihat kehidupan kita sendiri dan kita akan menemukan apa yang barusan saya uraikan.

Mungkin ada di antara anda yang masih belum percaya dengan apa yang saya ceritakan. Anda merasa kok saya nyatanya berbuat maksiat baek-baek aja. Rejeki saya lancar. Saya sehat. Weiiits tunggu dulu bung. Kita belum bisa menyimpulkan. Mari kita lihat sisa waktu hidup ke depan. Karena sekali lagi semuanya pasti akan kembali kepada kita, hanya soal waktu saja. Nanti ketika sudah mulai bau tanah. Rambut mulai memutih. Jalan mulai terseok-seok. Berbicara mulai diselingi batuk. Pandangan mulai kabur. Mulai sering mengeluh sakit karena onderdil tubuh sudah aus. Biasanya di situlah kita sadar. Dan mulai menyadari konsep yang kita bahas ini. Tapi khan gak harus nunggu tua kita sadar. Yuk, kita sadar sekarang saja. Kita saling mengingatkan. Ini sangat penting karena yang namanya kematian itu kayak buah kelapa. Yang udah tua bisa jatuh ke tanah dan yang muda pun juga bisa demikian. Mungkin kita tidak bisa bersih sama sekali dari perbuatan tidak baik. Namanya manusia ya pasti ada khilafnya. Oleh karenanya mari kita sama-sama perbanyak berbuat baik. Sehingga apabila dilakukan perhitungan kita masih mendapatkan selisih saldo lebih banyak perbuatan baik daripada perbuatan buruknya. Amiiin. Sampai jumpa dalam note selanjutnya.

Tamat.


Salam Karma Sutra
ARIF RH -- Anti Debat, Penggila Diskusi 

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. lumayan bagus utk menyadarkan org
    ini perempuan atau laki ya ko banyak karya arif rh suaminya bukan atau siapa s

    BalasHapus