SMILE...^_^

Kamis, 04 Agustus 2011

Tak Tahu Diri

BY JAMILAZZAINI 
Tahun 2005, ketika mengikuti sebuah diskusi tentang buruh migran di Hongkong, saya berteman dengan seorang peserta dari Tibet. Setiap hari ia pergi ke laut. Ia akan duduk bersila menghadap ke laut. Tak lama kemudian pipinya basah dengan air mata. Ia begitu karena di Tibet tidak ada laut, dan ia memang belum pernah melihat laut.
Awalnya saya berpikir, norak amat ini orang Tibet. Namun setelah saya renungkan, saya memperoleh pelajaran yang sangat mendalam. Dalam hidup kita sering mengingat yang sedikit dibandingkan yang berlimpah. Bila ada orang memberikan uang kepada Anda disaat Anda benar-benar membutuhkan, saya yakin Anda akan ingat selamanya. Padahal nilainya mungkin tidak seberapa.
Namun, Sesuatu yang berlimpah terkadang kita lupakan. Allah, Sang Pencipta, telah memberikan oksigen gratis. Tubuh beserta panca indera dan yang ada di dalamnya gratis. Setiap pagi Dia menerbitkan matahari gratis. Dia pun menurunkan hujan, memberikan rizki, menumbuhkan tanaman, semuanya tanpa meminta bayaran. Berapa harga dari semua nikmat itu? Kita tak akan sanggup membayarnya –Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?
Sayangnya, kita sering melupakan-Nya. Kita jarang menyebut nama-Nya. Kita sering melupakan perintah-Nya. Kita sering melanggar apa yang dibenci-Nya. Kita pun jarang datang ke rumah-Nya. Haruskah kita menunggu diambil berbagai nikmat-Nya untuk kemudian bersyukur dan bersujud kepada-Nya? Nikmat dan karunia-Mu tak tenilai, namun Kau sering kuabaikan dan kutinggalkan… Sungguh aku manusia yang tak tahu diri…
Ibu kita telah membawa kita dalam rahimnya kemanapun pergi selama 9 bulan lebih. Ia jaga makanan dan perilakunya agar kita terlahir sehat. Ia bertaruh nyawa ketika melahirkan. Ia terbangun ketika mendengar tangis kita di tengah malam sekalipun. Ia gendong kita yang masih tak berdaya walau tubuhnya begitu lelah. Ia menemani saat kita sakit. Ia korbankan banyak hal demi kebahagian kita.
Cinta, pengorbanan, kasih sayang seorang ibu sungguh tak ternilai. Namun terkadang kita melupakannya. Terbukti dengan kata-kata kita yang kerap melukai hatinya. Perbuatan kita yang tak mencerminkan rasa hormat kepadanya. Kita mengeluh tiada henti ketika menemaninya sakit. Kita sepertinya belum berupaya dengan sungguh-sungguh untuk membahagiakannya. Bahkan, terkadang kitapun lupa untuk mendoakannya. Bila itu terjadi pada kita, sungguh kita adalah seorang anak yang tak tahu diri…
Bersegeralah bersyukur dan berterima kasih kepada mereka yang telah memberikan begitu banyak hal kepada kita. Balaslah kebaikannya dengan apapun yang kita bisa. Jangan tunda-tunda. Bila Anda masih menunda-nunda melakukannya, boleh jadi Anda memang orang yang tak tahu diri.
Salam SuksesMulia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar