SMILE...^_^

Minggu, 09 Januari 2011

Positive Thinking

Islam rahmatan lil ‘alamin, sebuah motivasi yang seharusnya kita terapkan dalam segala bidang, Islam menginginkan manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Sebagaimana Nabi saw. bersabda, "Mudahkanlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah jadikanlah tenang dan jangan membuat orang lari." (HR Bukhari) 

Untuk mewujudkan hidup yang sealu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (Khusnudzdzan), juga dengan berpikir positif. Namun karena keterbatasan ruang dan waktu, saya akan membatasi pembahasan kali ini hanya tentang khusnudzdzan dan berpikir positif. 

Mengapa Islam sampai menekankan pentingnya khusnudzdzan dan berpikir positif? Paling tidak, ada empat alasan yang bisa dikemukakan di sini. 
Pertama, kita harus khusnudzdzan dan berpikir positif karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contoh terbaik mengenai hal ini ialah kisah Nabi Khidhir dan Nabi Musa a.s. Dalam kisah Qur'ani ini, poin penting yang dapat dipetik: kita harus selalu berbaik sangka dan berpikir positif terhadap orang lain. Karena, bisa jadi, orang lain tidaklah seburuk yang kita kira. Sebab kita hanya bisa melihat apa yang tampak, namun tidak tahu niat baik apa yang ada di hatinya…dan seterusnya.

Kedua, berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Ingatlah cerita Rasulullah saat menyampaikan risalah dihadapan seluruh kafilah-kafilah Arab yang berkumpul di Makkah. Namun yang terjadi, mereka justru mencaci dan menyakiti Rasulullah, serta melumuri wajah beliau dengan pasir. Saat itu, datanglah malaikat ke hadapan Rasulullah, "Wahai Muhammad, (dengan perlakuan mereka ini) sudah sepantasnya jika kamu berdoa kepada Allah agar membinasakan mereka seperti doa Nuh a.s. atas kaumnya." Rasulullah segera mengangkat tangan beliau. Tetapi yang terucap dalam doa beliau bukanlah doa kutukan, melainkan untaian maaf dan harapan bagi orang-orang yang telah menyakitinya, "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya (mereka melakukan semua ini terhadapku) hanya karena mereka tidak tahu. Ya Allah, tolonglah aku agar mereka bisa menyambut ajakan untuk taat kepada-Mu." ("Al-Ahadits Al-Mukhtarah, karya Abu `Abdillah Al-Maqdasi, 10/14). 

Ketiga, berbaik sangka dan berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yang berseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi dirinya maupun orang lain. 

Ingatlah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpat Rasulullah SAW yang sedang duduk santai bersama Aisyah r.a., dan Aisyah terpancing dengan balas menyumpahi mereka; Rasulullah segera mengingatkan Aisyah, "Kamu tidak perlu begitu, karena sesungguhnya Allah menyukai kesantunan dan kelemah-lembutan dalam segala hal." (Muttafaq ‘alaih). Ada ungkapan yang sangat menggugah dari seorang sufi: "Yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang. Kalau kemudian ada orang yang tidak baik kepada kita, itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu dengan Allah SWT." 

Keempat, berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo, karena toh Allah SWT seringkali menyiapkan rencana- rencana yang mengejutkan bagi hambaNya. Suatu saat, Umar bin Khaththab r.a. dirundung kegalauan yang menyesakkan. Salah seorang puteri beliau, Hafshah r.a., baru saja menjanda. Maka Umar datang menemui Abu Bakar r.a. menawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu Bakar menolak. Kemudian Umar menawari Utsman bin Affan r.a. untuk menikahi Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari, 4/1471. Versi penjelasnya juga dapat dibaca dalam Tafsir Al- Qurthubi, 13/271). 

Dalam kegalauan itu, Umar mengadu kepada Rasulullah SAWtentang sikap kedua Sahabat tersebut. Maka Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehingga bisa menjalani hidup dengan legowo. Rasulullah bahkan berdoa, "Semoga Allah akan menentukan pasangan bagi Hafshah, yang jauh lebih dari Utsman; serta menentukan pasangan bagi Utsman, yang jauh lebih baik dari Hafshah." Ternyata, tak lama setelah itu, Rasulllah menikahkan Utsman dengan puteri beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun menikahi Hafshah. 

Wallahu a’lam 
Dipati Ukur, Bandung 07 Oktober 2009
Pernah di upload di Halaman saya yg lain "Abah Abi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar