SMILE...^_^

Senin, 04 Juli 2011

SEMUA DICIPTAKAN BERPASANGAN ; MAKNA DI BALIK DUALITAS



“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa
yang mereka tidak ketahui”
(Terjemahan Q.S. Yaa Siin, Surat 36 ayat 36) 

Dualitas (dalam englishnya Duality)? Apa sih maksudnya? Lihat saja tulisan di atas, ada angka kembar, surat 36 ayat 36. Hue he he, dualitas itu sama dengan polaritas (dalam englishnya Polarity). Maksudnya bahwa segala sesuatu itu berpasang-pasangan. Mari kita lihat dalam kehidupan ini. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada siang, ada malam. Ada baik, ada jahat. Ada atas, ada bawah. Ada gemuk, ada kurus. Ada panjang, ada pendek. Ada kaya, ada miskin. Ada atasan, ada bawahan. Ada luar, ada dalam. Ada jantan, ada betina. Ada hidup, ada mati. Ada aku, ada dia. Dan sebagainya, dan sebagainya. Bukankah itu yang kita “lihat” dalam kehidupan ini?

Pertanyaannya sederhana, kenapa sih desain kehidupan harus seperti itu? Mengapa harus ada dualitas? Jujur menjawab pertanyaan itu cukup sulit. Sulit dalam artian setiap jawaban yang saya ajukan akan memiliki konsekuensi munculnya pertanyaan lagi yang jauh lebih dalam. Dan ujung-ujungnya akan menyentuh wilayah ketuhanan lagi yang sangat berpotensi menimbulkan perdebatan. Hemmm, tapi saya beranikan untuk menjawab pertanyaan tersebut, dengan segala resiko tentunya. Lanjuuuut maaaas.

Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa ALAM SEMESTA ini dan KEHIDUPAN di dalamnya adalah PENAMPAKAN TUHAN. Saya ulangi sekali lagi, ALAM SEMESTA tidak sama dengan TUHAN. Semuanya adalah PENAMPAKAN TUHAN. KEHIDUPAN adalah PENAMPAKAN TUHAN. Sehingga konsekuensinya sifat kehidupan itu sendiri adalah percikan sifat-sifat TUHAN. Apa sih salah satu sifat Tuhan? Salah satunya adalah sifat DWITUNGGAL yaitu SEMUA SIFAT “yang kita anggap berlawanan” itu bergabung secara harmonis dalam dzat-Nya. Misalnya, Tuhan itu bukan laki-laki, bukan perempuan dan bukan pula banci. Tapi laki-laki dan perempuan itu BERASAL dari Tuhan. Ini yang saya sebut sifat DWITUNGGAL.

Sifat dualitas pada hakikatnya adalah SATU. Ibarat sebuah koin receh pasti ada dua sisi. Namun kedua sisi itu adalah BAGIAN dari satu koin yang sama. Saya ambil sebuah contoh misal dualitas SIANG dan MALAM. Kita menganggap dua hal itu berlawanan. Apakah mungkin SIANG dan MALAM bisa berjalan di waktu yang sama? BISA! Saat saya menulis note ini waktunya SIANG. Tapi pasti di belahan bumi yang lain sedang malam. Bukankah itu membuktikan SIANG dan MALAM terjadi dalam satu waktu? Kalau tidak percaya ya kita harus melakukan sebuah eksperimen berbiaya sangat besar. Yaitu menyewa pesawat ulang alik NASA. Mari kita ke ruang angkasa. Dan kita akan menyaksikan bahwa di bumi ini SIANG dan MALAM berjalan bersamaan. Dalam pelatihan biasanya saya menggunakan permainan MOBIOUS STRIP untuk menunjukkan bahwa DUALITAS itu SEMU. Dua hal itu sebenarnya SATU!

So, sadari bahwa dengan adanya dualitas dalam kehidupan ini kita sebenarnya diajak untuk melihat “WAJAH TUHAN” (dalam tanda kutip lho itu) dan mengenal sifat-Nya yang DWITUNGGAL.



Mari kita perhatikan bohlam listrik. Mengapa ia bisa menyala? Karena ada dua arus yang berlawanan dan berpasangan yaitu arus listrik positif dan arus listrik negatif bertemu. Bila hanya ada arus yang positif saja atau hanya ada arus yang negatif saja tidak mungkin ia bisa menyala. Nah, sebagaimana bohlam listrik tadi, kehidupan ini bisa “menyala” karena pertemuan kedua hal yang saling berlawanan atau berpasangan. Bukankah kita bisa mengenal suka karena ada duka? Bukankah kita bisa merasakan nikmatnya sehat karena ada sakit? Bukankah kita bisa mengenal siang karena adanya malam? Semua dualitas yang ada membuat kehidupan menjadi “menyala”. Bikin hidup semakin hidup.

Dualitas juga menciptakan neraca keseimbangan dalam kehidupan. Saya ambil contoh adanya dualitas hidup dan mati. Sekarang bayangkan saja jika dalam kehidupan ini hanya ada kehidupan dan tidak ada kematian. Apa yang akan terjadi? Dunia akan penuh sesak dengan makhluk hidup yang terus bertambah dan tidak penah mati. Sebaliknya, jika dalam kehidupan hanya ada kematian, maka habislah semua makhluk hidup yang ada alias tidak ada kehidupan. Adanya dualitas kehidupan dan kematian membuat komposisi jumlah penduduk dengan kapasitas bumi menjadi pas dan ideal alias SEIMBANG.

Dualitas melahirkan kebebasan kita untuk memilih dan membuat keputusan. Kita bisa memilih menjadi orang baik atau menjadi orang jahat. Kita bisa memilih menjadi orang yang dermawan atau menjadi orang pelit. Bahkan kita bisa memilih untuk percaya kepada Tuhan ataupun tidak. Luar biasa bukan? Kebebasan kita untuk memilih dan membuat keputusan ini adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita. Namun kita harus hati-hati menggunakan anugerah terbesar itu. Karena ada yang saya sebut sebagai decision wisdom yang bunyinya “manusia bebas untuk memilih dan memutuskan, namun ia tidak bisa lepas dari KONSEKUENSI pilihan dan keputusannya”. Misalnya, anda bebas memilih MAKAN atau TIDAK MAKAN. Tapi tidak bisa memilih LAPAR atau KENYANG. Kalau anda memilih MAKAN ya konsekuensinya KENYANG. Kalau anda memilih TIDAK MAKAN ya konsekuensinya LAPAR. Ini berlaku untuk dualitas apapun. Termasuk anda mau memilih jadi orang jahat atau orang baik. Tapi bersiaplah menanggung segala konsekuensinya!

So, saya ucapkan “selamat datang dalam kehidupan yang penuh dengan dualitas”. Menerima keberadaan dualitas berarti kita telah mampu menerima kehidupan ini SEUTUHNYA. Nah jika kita belum bisa menerima adanya dualitas itu maka sama saja kita tidak menerima kodrat kehidupan ini. Apa akibatnya? KITA PASTI AKAN MENDERITA DALAM HIDUP. Ya sekarang bayangkan saja kita hanya menerima SIANG dan TIDAK MAU adanya MALAM. Kita hanya mau MUDAH dan TIDAK MAU adanya KESULITAN. Bukankah sudah disampaikan dalam Al Qur’an bahwa “BERSAMA KESULITAN terdapat adanya KEMUDAHAN”? Ingat kata kuncinya adalah kata BERSAMA bukan SESUDAH. Artinya ketika kita mengalami KESULITAN dan MENERIMANYA maka kita akan menemukan KEMUDAHAN di situ. Tuhan itu selalu menyajikan BAKSO YANG ENAK SATU PAKET secara BERSAMAAN, cuman kitanya yang HANYA MELIHAT keberadaan “SAMBELNYA” saja dan mengeluh “lha wong lagi laper kok dikasih sambel!?”. SADARI bahwa BERSAMA “SAMBEL” ITU ADA “BAKSO DAN KUAHNYA” YANG NIKMUAAAAAAAT hue he he.  

Sebagai penutup note ini ijinkan saya mengutip bagian lyric lagu d’massiv, “syukuri apa yang adaaaaaaaa, hidup adalah anugeraaaaaah, tetap jalanii hidup iniiii, melakukan yang teeerbaiiiik”. Tamat.


Salam Yin Yang
ARIF RH -- The Happiness Consultant


Tidak ada komentar:

Posting Komentar