SMILE...^_^

Minggu, 10 Juli 2011

Hikmah dari sebuah senyum tulus (Kisah Nyata)**“Tersenyumlah dengan ‘HATImu’ “

Ini sebuah kisah nyata yang di dapet dari seorang teman lewat email, namanya Teguh, dan Teguh juga mungkin mendapatkan ini dari temannya.

tulisan ini berawal dengan tulisan “Tersenyumlah dengan ‘HATImu’ “

Mungkin itu di maksud sebagai judulnya.



Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumniJerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim disana.
Sangat layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan
kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.
Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.”
Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini
sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak
setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang
yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat
mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya
membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat
di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat
dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” ke arah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah
 saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.

Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung
 beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga
 tiba2 saja sudah sampai di depan counter.

 Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.”

Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka…

 Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

 Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”

 Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak,nyonya.”

 Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya sayaberkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.”

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

 Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak2ku!”

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
 Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
 meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka
 satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat
 tangan’ dengan kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak,
 memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan
 pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu
 saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang
 telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum
 beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah
 kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin
 kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu
 melambai2kan tangannya ke arah kami. Dalam perjalanan pulang saya
 merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang
 tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya.


Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’
Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
 Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’
 ini di tangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya.
 Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen
 saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah
 saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan.

 Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk
 membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan
 dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.
 Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan
 ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah
 ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung,
 sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya di
 antaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.


Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya. “Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk
 menyentuh orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku,
 guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir
 saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang
 tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun,
 yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.”


Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi
 oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan
 memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana
 cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG
 KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK
 KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

 Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda,
 teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini
 ada ‘malaikat’ yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang
 membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu
 (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari
 kehidupanmu, tetapi hanya ‘sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan
 JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk
 berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan
 uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan
 kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan
 kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap
 hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu
 ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa
 mendapatkannya.

 Orang-orang muda yang ‘cantik’ adalah hasil kerja alam, tetapi orang-
 orang tua yang ‘cantik’ adalah hasil karya seni. Belajarlah dari
 PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk
 bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri…

Smile & Peace

http://www.eryevolutions.co.cc/2011/03/hikmah-dari-sebuah-senyum-tulus-kisah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar