SMILE...^_^

Senin, 04 Juli 2011

KEMELEKATAN ; WASPADALAH, WASPADALAH! oleh Arif Rh


Apa sih kemelekatan itu? Baik, saya tidak panjang lebar main di definisi. Saya berikan sebuah ilustrasi saja. JANGAN DILAKUKAN, CUKUP DIBAYANGKAN SAJA!. Begini, misal anda ambil dua lembar kain masing-masing ukuran 2 cm x 3 cm. Tempelkan kain yang satu dengan LEM KERTAS BIASA di betis kanan anda. Biarkan mengering di situ. Kemudian, tempelkan juga kain yang kedua di betis kiri anda dengan LEM SUPER KUAT. Biarkan mengering di situ. Setelah beberapa saat kemudian anda lepaskan kain yang direkatkan dengan menggunakan LEM KERTAS BIASA. Kira-kira bagaimana RASANYA? Lalu setelah itu coba lepaskan kain yang anda rekatkan dengan LEM SUPER KUAT. Kira-kira bagaimana RASANYA? Saya yakin melepaskan kain yang direkatkan dengan lem super kuat akan MENYAKITKAN dan MENYENGSARAKAN. Ingat sekali lagi, ilustrasi itu bukan untuk dilakukan. Cukup dibayangkan saja!

Kemelekatan adalah kita “MENEMPELKAN” SESUATU KEPADA DIRI KITA atau sebaliknya. Nah derajat kemelekatan itu tentunya berbeda-beda. Ada yang menempelnya dengan lemah, sedang bahkan ada yang sangat kuat sekali. Lalu apa hubungannya dengan persoalan kehidupan? Dalam kehidupan kita menempelkan banyak hal kepada diri kita baik di sadari ataupun tidak disadari. Nah repotnya jika kita tanpa sadar menempelkan sesuatu yang sangat kuat kepada diri kita. Akibatnya apa? PENDERITAAN HIDUP. Semakin melekat, semakin menderita!

Saya mencontohkan diri saya sendiri. Saya dulu (sekitar tahun 2003) sangat mencintai seorang wanita. Dan dia saya “tempelkan” kuat sekali dalam batin saya. Saya mengalami kemelekatan yang sangat akut dengan dia. Hingga suatu waktu keseriusan saya untuk bisa menikah dengannya tidak tercapai. Malah dia menikah dengan orang lain tanpa sepengetahuan saya. Dan saya shock berat. Ibarat kain yang direkatkan sangat kuat ke betis saya lalu dilepas dengan cara yang tidak enak sehingga kulit saya megelupas dan berdarah-darah. Apalagi saat itu saya sedang banyak problem kehidupan baik finansial, hubungan dengan keluarga, perkuliahan dan sebagainya. Dan saya HAMPIR saja mengakhiri hidup saya. Bersyukur saya masih diijinkan hidup hingga saat ini.

Ciri bila kita mengalami kemelekatan adalah ketika kita merasa sesuatu itu sudah menjadi bagian diri kita. Sehingga apabila kehilangan sesuatu itu serasa kehillangan bagian tubuh kita. Kita juga secara tidak sadar MENUHANKANnya. Ingin agar sesuatu itu terus ada, tidak pernah rusak dan kita miliki selamanya. Nah sekarang mari kita evaluasi, apa saja yang sudah kita perlakukan seperti itu? Coba beri skala 0-10 untuk mengukur sejauh mana anda mengalami kemelekatan dengannya. Nilai 0 adalah sama sekali tidak melekat dan nilai 10 adalah sangat melekat sekali. Semakin banyak hal-hal yang anda lekatkan ke diri anda maka semakin banyak hal yang bisa membuat anda menderita suatu saat. Mengapa?

Karena sesuatu selain TUHAN YANG MAHA ABADI, pasti akan musnah. Suami, istri, uang, rumah, mobil, sepeda motor semuanya tidak abadi. Anda pun juga tidak abadi dan akan sirna meskipun uang, mobil, rumah, istri, suami dan sebagainya masih ada. Siapapun yang berharap kepada sesuatu yang tidak abadi bersiaplah kecewa. Saya sangat prihatin dengan beberapa lagu bertema cinta yang secara tidak langsung mengajarkan kemelekatan terhadap makhluk. Syairnya kurang lebih begini : “Kaulah darahkuuu, kaulah nadikuuuuu, kaulah jantungkuuu, kaulah napasskuuuuu … kaulah hidupkuuuuuu, juga matikuuuuu”. Padahal subyek yang dimaksud bukan Tuhan yang MAHA ABADI. Anda sudah bisa tebak apa yang akan terjadi jika sang kekasih pergi? Sudah pasti akan sangat menderita karena ia sudah sangat melekat dengan kekasihnya itu. Ya, bisa jadi akan bunuh diri kayak saya itu. Dan bukankah anda pernah mendengar atau melihat informasi dari media tentang kasus bunuh diri gara-gara patah hati? Itu adalah fenomena kemelekatan.

Mari kita belajar dari tukang parkir yang menyadari bahwa segala sesuatu itu hanya TITIPAN SEMENTARA. Tukang parkir itu banyak kendaraan tapi tidak sombong dan ketika diambil satu-satu kendaraannya dia  tidak merasa kehilangan. Mengapa? KARENA HANYA YANG MERASA MEMILIKI LAH YANG AKAN MERASA KEHILANGAN. Sadari bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya inventaris dari TUHAN YANG MAHA MEMILIKI. Kita sesungguhnya bukan pemilik sebenarnya, kita hanya MERASA MEMILIKI. Bukankah tubuh kita pun hanya titipan? Mari kita renungkan friends

Wah, berarti gak boleh melekat ya? Boleh, hanya saja melekatlah sewajarnya. Kemelekatan berlebihan sama saja kita MENUHANKAN. Melekatlah kepada DIA YANG MAHA ABADI, TEMPAT BERGANTUNG SEGALA MAKHLUK.


Salam Eling lan Waspodo
ARIF RH – The Happiness Consultant 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar