SMILE...^_^

Senin, 19 Desember 2011

Darimana datangnya Segelas Air



Oleh : Achmad Siddik Thoha

Tetes hujan laksana juluran benang-benang bening yang menjulur dari genteng rumahku.  Jernih sejernih mata anakku yang berbinar melihat tetean rahmat dari Tuhan di Sore ini. Ini hujan yang begitu dirindukan setelah lama tak turun di kota yang berjuluk Kota Hujan.
Hujan mengingatkan pada segelas air yang tiap hari kuminum. Aku sejenak berpikir.

“Darimana datangnya segelas air?”
Banyak orang yang dengan cepat menjawab :

“Dari teko (tempat air)”
“Dari sumur”
“Dari mata air”
“Dari pabrik air kemasan”
“Dari kedai air isi ulang”

Jawaban diatas hanyalah sepenggal singkat dari perjalanan perputaran air di bumi. Untuk mengisi sumur air butuh berjam-jam sejak dari turunnya hujan. Dari teko, tentu saja akan memakan waktu lebih lama bila tak ada sumber air. Dari mata air, takkan cepat air merembes dan memancar seketika setelah hujan. Semua butuh waktu.

Air tidak sendiri untuk sampai ke mulut kita sebagai minuman. Hujan akan berjalan bersama banyak sahabatnya. Hujan membutuhkan pohon, bebatuan, tumbuhan, tanah yang miring , lapisan kedap air di dalam tanah, saluran air di permukaan bumi dan lainnya untuk bisa kita minum dengan aman dan segar.

Dari Hujan, kemudian air menerpa benda di bumi seperti pohon, batu, semak, rerumputan, bangunan dan sebagian langsung jatuh ke badan air (danau, sungai dan laut). Air yang jatuh di daerah yang tinggi (hulu) kemudian melakukan pengembaraan yang panjang untuk kemudian berlabuh di cekungan raksasa bernama lautan. Air yang jatuh ke tanah juga harus menuliskan kisah panjangnya menelusup ke celah tanah, mengendap di lapisan kedap air di perut bumi dan mengalir menjadi sungai bawah tanah hingga akhirnya bermuara juga di lautan. Dari lautan, sungai dan danau air kemudian berputar seperti cerita di atas. Juga dari pepohonan dan tumbuhan lain, air akan  menguap kemudian memulai siklusnya dari langit.

Aku yakin tak ada akhir dari jawaban yang akan kutulis nanti. Ya, takkan berakhir kecuali kita kemudian menyebut Nama Allah, Tuhan yang memerintahkan air mengguyur bumi. Tanpa mengingat Tuhan, maka jadilah kita berputar-putar membahas dari mana datangnya air, karena ia adalah sebuah siklus yang dikenal dengan Siklus Air.

Sungguh luar biasa makhluk bernama air ini. Begitu panjang perjalanan pasukan Tuhan ini. Juga begitu lama hingga satu musim air bertahan di daratan untuk menjalankan tugasnya memenuhi kebutuhan makhluk Tuhan lainnya.

Air, dalam panjang perjalanannya ia tak kenal hambatan. Dalam lama waktu tiba di tujuan, ia tak sedih oleh kesulitan medan. Pada proses yang berputar tanpa henti, ia tak pernah jenuh dan mengeluh.

“Ayah, darimana air di dalam gelas ini berasal.” Anakku menyentakkan lamunanku tentang hujan.

Spontan aku menjawab “Dari Allah, Nak.”


https://www.facebook.com/note.php?note_id=10150322182541157

Tidak ada komentar:

Posting Komentar