SMILE...^_^

Rabu, 11 Mei 2011

Kiat Mengatakan Tidak (Langkah Awal Untuk Menjadi Jujur)


Mengatakan ‘tidak’ terdengar sangat sederhana, bukan? Faktanya, banyak orang yang lebih mudah mengatakan ‘iya’ dibandingkan ‘tidak’, bahkan pada saat ragu-ragu atau tidak mengerti sekalipun.
Ada juga orang yang tahu persis dirinya harus mengatakan ‘tidak’, tetapi untuk situasi tertentu, berbicara dengan orang tertentu, kata ‘tidak’ menjadi berat untuk diucapkan—pada atasan (orang yang dihormati), pelanggan, sahabat atau orang yang pernah menaruh ‘budi baik’.
Semua orang pernah berada di situasi ini, termasuk saya. Ada rasa tidak nyaman saat harus mengatakan ‘tidak’—menolak mentah-mentah. Menolak mentah-mentah kesannya kasar. Menolak mentah-mentah bisa juga menimbulkan kesan tidak mau bekerja sama. Lebih parahnya, penolakan dengan kata ‘tidak’ bisa diartikan sebagai pelecehan atau meremehkan, misalnya: salah satu rekan kerja mengajukan usul, atau teman mengajak untuk jalan-jalan sehabis jam kerja, atau teman menawari traktiran. Alasan-alasan inilah yang membuat seseorang berat untuk mengatakan tidak.
Kalau tidak bisa mengatakan ‘tidak’, kenapa tidak katakan ‘iya’ saja? Setiap kali kita mengatakan ‘iya’ untuk sesuatu yang hati kita sesungguhnya bilang ‘tidak’, berarti kita mengucapkan kepalsuan, tidak sungguh, tidak jujur, tidak tulus. Dan itu merusak mental pada jangka panjang.
Lalu, harus bagaimana? Berikut ini adalah kiat untuk mengatakan ‘tidak’ tanpa perlu khawatir akan risiko apapun di belakang, termasuk risiko kehilangan teman:

1. Mengatakan ‘Tidak’ Dengan 3 Kalimat

Kalimat-1. Konfirmasikan anda telah menerima pesannya – Ini penting untuk menghindari kesan bahwa anda menyepelekan permintaan seseorang. Misalnya: “Ide yang bagus”, atau “Saya mengerti maksud anda”.
Kalimat-2. Jelaskan situasi anda – Jelaskan dengan ringkas mengenai situasi apa yang sedang anda hadapi saat ini yang membuat anda tidak bisa memenuhi permintaannya. MisalnyaL “Saat ini saya sedang mengejar deadline”, atau “Sudah menjadi kebijakan perusahaan kami bahwa….”.
Phrase-3. Ubah penolakan anda mejadi nada positif – Tawarkan alternative atau kalimat yang menunjukan bahwa hubungan kalian baik-baik saja. Misalnya: “Mungkin lain kali saya bisa”, atau “Mudah-mudahan yang lain bisa Bantu”.
Selanjutnya tinggal mengkombinasikan ketiga jenis kalimat di atas, sehingga menjadi:
“Ide yang bagus [konfirmasi pesan telah diterima]. Sayang sekali saat ini saya sedang mengejar deadline [menjelaskan siatuasi anda saat ini]. Mungkin lain kali saya bisa [mengubah nada penolakan menjadi postif]”.
Tips: Hindari menggunakan kalimat panjang lebar atau bertele-tele. Semakin panjang lebar penjelasan anda, semakin kecil kemungkinan lawan bicara bisa menghargai sikap anda.

2. Mengatakan ‘Tidak’ Dengan 2 Kalimat

Cara menolak dengan menggunakan 3 kalimat di atas adalah cara yang paling halus. Cocok untuk lawan bicara yang halus juga—orang yang sensitive dan bisa dengan mudah memahami penolakan anda. Namun ada kalanya kita bertemu sesorang yang agak bandel atau ‘ngeyel’ istilah jawanya. Type orang yang selalu mencoba memanipulasi setiap ucapan kita, membalikan omongan.
Untuk orang seperti ini, mungkin anda bisa menggunakan hanya 2 kalimat, sehingga kesan tegas semakin jelas untuk mencegah mereka memanipulasi ucapan anda atau membalikan omongan. Misalnya:
“Menarik + Tapi saya sudah ada janji lain.”
“Sebenarnya saya tidak keberatan + Tetapi saya sangat sibuk saat ini”.
“Saya mengerti ini penting + Mungkin lain kali”

3. Mengatakan ‘Tidak’ Dengan Satu Kalimat

Perlu diingat, bahwa menolak dengan cara baik artinya menolak dengan cara seperlunya saja—tanpa dilebihkan atau dikurangkan. Hal itu perlu untuk tetap menjaga kesan bahwa anda menolak bukan karena anda tidak menyukai mereka. Melainkan semata-mata karena anda tidak bisa menerimanya. Hal ini bisa tercipta hanya jika pikiran kita bebas dari prasangka negatif.
Tetapi, ada kalanya orang yang kita hadapi adalah orang yang sangat pintar memanfaatkan setiap kemungkinan yang bisa dimanfaatkan. Sebagai ilustrasi:
Rini dan Lusy adalah penjaga counter HP. “Rin. Sabtu besok tolong gantiin aku jaga ya”, pinta Lusy kepada Rini di hari Jumat. Tidak mau merusak persahabatan Rini mengiyakan permintaan Lusy.
Jumat depannya, lagi-lagi Lusy minta tolong Rini gantiin jaga. Kali ini Rini menolak permintaan Lusy dengan mengatakan, “Kelihatannya pacar kamu tidak suka kamu kerja akhir pekan ya. Suami aku juga tidak suka aku. Aku bisa bantu gantiin untuk situasi darurat saja”.
Sebenarnya penolakan Rini itu sudah tergolong tegas. Tetapi dasar Lusy orangnya memang banyak akal, akhirnya setiap akhir pekan Lusy selalu mencari-cari alasan seolah-olah dia dalam kondisi darurat—yang orang taunya datang lah, atau pacarnya sakit, bahkan kucing kesayangannyapun bisa sakit.
Lama-lama Rini mulai mencium akal bulus Lusy. Kali ini Rini hanya menggunakan satu kalimat, “Maaf tidak bisa” dan menolak alasan apapun. Dalam hal ini, Rini sudah mencoba untuk bersikap baik sejak awal tetapi Lusy terus saja memanfaatkan kebaikannya. Sehingga sangat wajar kalau akhirnya Rini menolak dengan mentah-mentah permintaan Lusy.
Sikap sulit mengatakan tidak sesungguhnya bersumber jauh di dalam pikiran kita. Sulit mengatakan ‘tidak’ kepada orang lain berasal dari kesulitan kita mengatakan ‘tidak’ pada diri sendiri. Agar selalu berhasil mengatakan ‘tidak’—kapanpun, dimanapun—kepada orang lain, belajarlah mengatakan ‘tidak’ pada diri sendiris setiap kali anda berpikir: “jika aku mengatakan tidak mereka akan membenciku”.
Mereka yang mampu mengatakan tidak dengan nyaman dan baik, adalah orang-orang yang tahu persis apa yang penting dalam hidupnya. Tahu persis apa yang harus dilakukannya. Terampil mengatakan tidak, bukan saja dapat membuat diri sendiri menjadi terbebas dari rasa tertekan. Sekaligus mampu mengontrol diri sendiri—hanya mengatakan apa yang ingin dikatakan, hanya melakukan apa yang ingin dilakukan. Dalam jangka panjang akan dapat membentuk kepribadian yang sungguh, jujur, dan tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar