Ternyata otak kita lebih menyukai untuk mengingat kata terakhir yang terucap. Misal saja, walau “telor setengah matang” dan “telor setengah mentah” itu memiliki arti yang sama, tapi kita lebih cenderung menyebut telor setengah matang. Karena kata “matang” lebih nyaman diterima oleh otak dan didengar oleh telinga.
Belajar dari itu, maka tak heran jika suatu saat kita baru tidur jam 1 malam dan ingin bangun jam 4 pagi, lalu kita bertekad dengan ucapan, “saya ga boleh kesiangan!” dan diulang-ulang kalimat tersebut, maka wajar saja kita akan kesiangan, sebab kata terakhir yang kita ucapkan adalah “kesiangan”. Maka sebaiknya ucapkanlah, ”Insya Allah saya pasti bangun jam 4 pagi!” maka insya Allah do’a kita terkabul... apalagi jika kata ”jam 4 pagi” diulang-ulang hingga berkali-kali. Sebab pikiran bawah sadar akan lebih cepat menerima intruksi yang diulang-ulang.
Nah, begitu juga apabila adik kita yang kecil sedang bermain di comberan, maka instruksi “Jangan bermain di comberan!” biasanya kurang efektif. Perhatikanlah anak kecil, apabila dilarang, “Jangan nakal!” maka ia biasanya tambah nakal. Apabila dilarang, “Jangan lari-lari” maka biasanya larinya tambah cepat. Lalu jika Anda katakan, “Dik, jangan lari-lari ya, awas nanti jatuh” maka biasanya si adik tetap berlari dan setelah itu benar-benar terjatuh... Akhirnya Anda bilang, “Tuh kan Dik kata kakak juga apa... jangan lari-lari”, dan adik Anda pun menangis kesakitan ....
Begitulah bahasa otak, selain tabiatnya suka mengingat kata yang paling terakhir, hal itu diperparah dengan kata “Jangan” didepannya, maka bisa membuat seseorang kian penasaran. Coba deh, kira-kira apa yang terjadi jika ada sepasang suami istri sedang berjalan bersama, lalu istrinya melarang suaminya dengan cara berikut, “Suamiku, jangan lihat ke arah kanan ya, ada wanita cantik berbusana transparan...!” Maka biasanya dengan cekatan sang suami merespon, “Mana?” sambil menoleh ke arah kanan...betul tidak?
Kalau Anda masih penasaran juga, mari kita bersimulasi. Sekarang saya mohon kepada Anda, “Jangan bayangkan Gajah!” ..................... ............. ................ .......... ........ . ...... “Jangan bayangkan gajah yang pakai kaos kaki warna hitam terus kaos kakinya bolong-bolong!” ........ ....... ..... .... Tuh kaan apa kubilang juga he.. he ..
Jadi, daripada Anda memerintahkan adik Anda dengan, “Jangan main di comberan!” Ada baiknya Anda melakukan hal ini. Belilah sebungkus permen coklat, lalu Anda tawarkan ke adik Anda, “Dik mau permen coklat?” mungkin adik Anda akan berkata, “Mau”. Selanjutnya Anda katakan, “Pinter...., sekarang cuci tangannya dulu ya!”. Nah setelah si adik cuci tangan dan mulai menikmati permen coklat pemberian Anda, maka baru nasehat inti Anda sampaikan, “Dik, bermain di comberan itu tidak baik, kotor, dan banyak bakterinya....” Mungkin adik Anda akan membalas, “Kak, bakteri itu apa sih...?”
Makanya, saran saya lain kali kalau Anda memberi nasehat kepada adik Anda, tidak perlulah memakai istilah-istilah yang membingungkan si adik ... he... he.... apalagi kalau Anda belum siap menjelaskannya.
Wallahu alam
KZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar