Bismillah....
“Luka yang telah kau toreh ini, esok kan kau dapati ia menjadi kasih sayangku padamu, karena sungguh aku mencintaimu meski sampai nanti pun aku tak dapat mendapatkan gelar sebagai istri....”
****************************************************************
masih bersama kosong nya ruang waktu dalam tuaian – tuaian rindu yang menggebu..
cinta yang terjaga berurai penuh air mata...
duka kah sang rasa?
luka kah penggugah asa?
Entahlah,
semua tak dapat terbaca dengan jelasnya masa...
biarkanlah luka dan serpihan lara itu berjalan bersama nadir – nadir hidup yang getir..
yang dimana nanti sebuah keindahan akan tersumbul dalam kelapangan sebuah “penerimaan” yang berselimutkan ikhlas, dan teduh penuh kesabaran...
Amin.
*********************************************************************************
Namaku Rinda Hampir 2 tahun aku berhijab, untuk membangun jiwa dan hati ini untuk lebih baik lagi. Masa lalu begitu banyak mengajarkan aku tentang semua hal, hingga membuat aku seperti ini. Kini usiaku menginjak 21 tahun, dan terbilang muda bagi siapapun yang mendengarnya. Tapi aku dikenal oleh siapapun yang dekat denganku sebagai tipe wanita muda yang tidak suka bermain – main dengan kehidupannya, apa lagi soal perasaan dan cinta. Jika ada yang mendapati seumuranku masih berfoya – foya, kuliah hanya untuk gaya – gayaan, dan bergandeng dengan lawan jenis untuk sebagai kebanggaan. It is not me. Itu bukan aku. Walaupun masa laluku berhubungan dengan yang namanya “pacaran”. Tapi Alhamdulillah, Allah telah menuntunku lebih baik lagi.
*************************************************
Sering kali aku menjadi tong sampah alias pendengar setia curhatan mereka ( teman – temanku), semua itu membuat aku lebih berfikir matang, bahwa diantara kebersamaan itu pun harus ada yang namanya komitmen satu sama lain, karena kalau mencintai, kalau menyayangi kenapa harus takut dengan adanya komitmen? Cinta adalah kedewasaan bagiku untuk mengerti , memahami, mengenal dan emnajga baik antara satu dengan yang lain. Buat di luar itu buat aku kini non sense.
Aku memutuskan untuk tidak berpacaran lagi setelah aku putus dengan mantan pacar yang terakhir. Cukup merasa lelah untuk mengerti dan memahami, untuk itu aku putuskan aku harus lebih baik dari hari ini. Alhamdulillah, dengan berbagai usaha dan perjuanganku sendiri, aku bisa mengendalikan diri dan hatiku. Kelelahan untuk menjalin hubungan yang semu, membuat aku tidak tertarik dengan yang namanya pacaran, mungkin juga karena itu aku memutuskan untuk menerima suami saja. Bukan seorang pria yang menawarkan hal yang untuk sementara dengan apapun alasannya.
Di samping aku patah hati, aku juga lelah sempat merasa frustasi malah, karena aku belum mendapatkan pekerjaan untuk membantu keluarga. Meskipun aku adalah putri satu – satunya bapak dan almarhumah Ibu, aku tak pernah diajarakan untuk menjadi pribadi yang bermalas – malasan dan manja. Sewaktu Ibu masih ada, ibu selalu mengajarkan bagaimana harus menempatkan diri, displin waktu, dan juga mandiri dengan keadaan ketika harus sendiri nanti. Hmmm, jadi rindu sama ibu...:(
Berusaha menyabarkan semua keadaanku, sembari prihatin kalau orang jawa bilang. :). Lebih mendekatkan diri lagi pada Allah, karena hanya Dia-lah yang mampu melepaskan aku dari segala belenggu yang membebaniku.
***************************************************************
Semangat untuk hari yang baru
Alhamdulillah setelah sekian lama berkelana alias cari – cari kerjaan, akhirnya aku diterima di salah satu warnet Solo ini, yang tempatnya bisa aku tempuh jalan kaki, jadi ngirit deh, hehehe. Dulu banget, aku sama sekali ga tahu apa yang namanya internet, meski suka ikut sama temen, tapi ga tahu juga cin...gimana make'nye?!, bushet deh, katrok bener yak? hihii :D :-p
Bangkit dari patah hati, dan bersemangat untuk lebih baik, Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, doa – doa setiap sujud malam yang ku pinta mungkin Allah bukakan di sini. Aku berusaha untuk mempelajari tentang dunia kerja yang sedang Allah berikan padaku, dan Alhamdulillah, tak sampai 1 bulan pun aku lancar untuk mengoperasikan internet, meski tidak semua. Tapi ini suatu kebanggan sendiri loh?! ya iyalah la wong... dulunye katrok sekarang udah bisa, hehe sapa yang ga bangga? Ya to?! ^_~V
Dan untuk perihal cinta, aku tak mau main – main lagi, aku mau suami, seorang pria yang taat beragama, supel, ramah,baik setia, tanggung jawab, yang bisa menerima aku apa adanya. Yah kira – kira begitulah kriteria yang aku impikan selama ini. Eh, tambahan lagi cin.., kalu bisa kerjanya di kantor, hehehe, bayangin kayak di sinetron tuh, rapiin kerah atu benerin kancing kemeja suami duhh..... mesranya, ( heleh jadi mupeng gini yak? ) maaf hehehe... kelepasan. ^^V
Kedekatan itu kian terasa
Bulan berganti, dan waktu pun berlalu. Entah dari mana cinta itu hadir mengisis relung relung hatiku yang telah lama hampa, ingin dan cita seolah merayu untukku menggayuh bersama dia, ya benar hanya dia. Aku mengenalnya dari batas layar kompi ini, dunia maya. Mungkin agak riskan. Tapi entah kenapa aku merasa dia berbeda dari teman chatku yang lainnya. Aku merasa nyambung dan cocok dalam membahas hal – hal yang aku suka. Membaca, kehidupan, agama, dan pengertian soal cinta. Masya Allah! Walhamdulillah.
Sebut saja ia Defian. Seorang pria yang jauh 9 tahun di atasku, yang aku kenal, asyik diajak berdiskusi, dan ada benarnya, “witing tresno jalaran saka kulina” pepatah dari orang jawa mengatakan demikian. Kami sering chat dan itu hampir setiap hari, pagi, siang dan sore. Secara tempat kerjaku yang memastikan bahwa aku selalu online, sampai jam kerjaku habis. Kadang di sisa waktu, masih saja aku sempatkan selepas isya pergi ke warnet dekat rumah, ( maklum saya ga ada laptop/ computer pribadi) untuk mengecek and ricek, adakah pesan dan adakah dia online malam ini?. And..., see?! Hmm inikah ikatan batin? Aku temui serangkain pesan dalam inboxku. Dan tak lama dia online. Kami saling berbagi dan bercerita. Kedekatan itu terasa kental dalam hatiku, walaupun dengan batasan layar kompi ini. Walau rasanya berlebihan, tapi inilah adanya.
Mas Defian yang bekerja di suatu lembaga Islam, ia sangat antusias ketika aku mengutarakan niat ku untuk berhijab. Jujur, dialah motivator yang berpengaruh untukku kala itu. Aku simpati pada dirinya. Entahlah, darimana hatiku ku dapat merasakan getaran itu, kalbuku seolah membisikkan pada nurani yang tak dapat terpungkiri “ seperti inilah seseorang yang aku cari selama ini....”, walaupun sebatas dunia maya ini, namun perasaan ini terasa sangat dekat dan seperti lama mengenal dirinya. Bagiku yang peka, apapun yang dari hati, pasti akan tersampai di hati. Aku merasakan ketulusannya untuk membimbingku, dan mengajari berbagai hal. Sempat aku bertanya, adakah dia sudah beristri? Dia menjawab belum. Dia pun pernah bercerita pernah ditawari oleh murrabi-nya, tapi dia tidak mau alasannya adalah belum ada niat.
Sempat juga sebelum mengenal ia lebih jauh, aku mempelajari agama islam ini yang ada istilah poligami, apa syarat dan ketentuanya. Jujur awal mula mendengar istilah itu dan artinya aku tidak suka, karena menurutku hal tersebut bisa menyakiti hati wanita. Tapi meskipun aku tak suka, diam - diam aku interest untuk mempelajarinya. Dari pekerjaanku sebagai operator warnet aku dapat belajar, googling, dan mengumpulkan referensi soal poligami ataupun yang lain yang tetap bersangkutan tentang islam.. Ternyata dari kumpulan referensi itu cukup membukakan hatiku setelah membaca penuturan dari istri Aa' Gym yang pertama. Penyampainnya soal perasaan dan semua tentang hidup yang beliau jalani saat ini begitu membuat hatiku tersentuh, ikhlas, ah.. rasa yang benar – benar harus diperjuangkan.
Ngomong- ngomong soal poligami, mas Defian pun sering menyinggung soal poligami belakangan ini, aku sempat mengatakan padanya kalupun nanti aku menikah, aku tak mau dipoligami, karena aku tahu diriku. Aku tidak sanggup menjalankan itu. Dan terkadang dengan pernyataan itu, diapun terdiam atau mengganti topik pembicaraan yang saat itu sedang serius kita diskusikan. Hmm..,
Semenjak itu, aku merasa sedikit terbuka untuk perihal dalam poligami, setelah aku mempelajarinya, dari syarat, sebab, akibatnya. Keikhlasan, dan pahala yang di dapat,meskipun jalan syurga-Nya tak tertitik pusat pada poligami itu sendiri. Entahlah, aku mungkin boleh tak suka, ataupun benci, tapi aku tidak berhak untuk menentang keberadaannya, karena itu adalah sunah dari nabi, dan itu halal, Allah pun membolehkan. Poligami bukan suatu hal yang wajib dilaksanakan seperti halnya shalat fardhu. Kenapa harus dari kita menentang keputusan yang diberikan oleh Allah sendiri bagi kita?. Daripada selingkuh, berzina ga jelas. Nauzdubillah, poligami datang untuk menjadi jalan keluar. Yah seperti itulah yang aku paham. Dan bahkan keberkahan yang didapat di dalamnya. Masya Allah. Entahlah, kita pun mempunyai pendapat yang berbeda dan memanglah kita tahu, indah sekali jika dapat berbagi dengan ikhlas, namun cinta? Hmm membutuhkan nafas yang panjang untuk menjawabnya…..
********************************************************
Sentuhan lembut dalam hati
Setiap malam, menjadi indah sejak aku mengenalnya, hariku menjadi nampak cerah dari yang sebelumnya. Aku dan mas Defian telah lama mengenal meskipun dari dunia maya, aku dan dia banyak berbagi pengalaman , masa lalu, bahkan sampai keluarga. Simplenya, aku dan dia sudah saling mengenal dekat. Apa kesukaannya, jadwal – jadwal di setiap harinya. Entah itu di kantor ataupun di luar kantor. Semua terlewati begitu saja, hingga suatu hari ia mengungkapkan perasaan dan niatnya kepadaku.
“ Dik, lama aku mengenalmu, jujur aku simpati padamu, semangat kamu untuk berubah lebih baik, pandangan kamu tentang hidup, aku bisa merasa kamu berbeda, izinkanlah aku mengungkapkan ini bahwa aku mencintaimu karena Allah, aku menyayangimu dik, maukah kamu menikah denganku? Maukah kau menjadi istriku Rinda Zahranadya?” katanya di chat via YM pagi itu.
Subhannallah, dadaku sontak gembira, dan bahagia sekali.., ahh bodohkah aku? Ini kan dunia maya bagaimana aku bisa percaya? Setengahku ragu terhadap pengakuannya.
“ hmm.., terima kasih, aku bingung mas, harus ngomong apa, sebelumnya aku pun kagum sama mas. Karena aku interest sekali perihal agama ini, dan diskusi yang luas bisa aku pelajari bersama mas Defian. Tapi bukankah ini hanya dunia maya? Mas serius dengan ucapan mas? ….”jawabku dengan rasa senang yang bercampur rasa ragu.
“ baiklah, aku tahu dik. Mungkin ini sedikit konyol, karena kita hanya mengenal dari dunia maya ini, aku dan kamu tida pernah saling bertemu, entahlah aku merasa kita sudah berteman lama.Itulah yang ada dalam hatiku. Fikirkan saja dulu. :) aku tidak mau memaksamu. “ jelasnya dengan tenang. Namun akupun bisa merasakannya.
Dulu aku meminta pada Allah, agar Dia memberikan aku seorang pria yang datang bukan untuk menwarkan diri sambil berkata “ maukah kau menjadi pacarku?”, tapi aku mau dia datang dengan ungkapan hatinya yang ia mengutarakan perasaanya sambil berkata “ maukah kau menjadi istriku?”. Dan sekarang...., ada seseorang yang berkata seperti itu padaku, setelah aku lama menunggu dan selalu berdoa meminta kepada-Nya. “Ya Allah..., diakah orangnya? “ tanyaku dalam hati penuh harap.
Dan.......
Aku mencoba mengistikarahkannya, dia sungguh jauh dari kini ku berada. Tapi aku juga tidak tahu keyakinan darimanakah untukku percaya padanya, karena yang aku tahu, Allah -lah yang memberikan kepercayaan itu padaku meskipun aku betul – betul berusaha menetralkan perasaanku terhadapnya. Sampai pada suatu ketika, aku kirimkan jawabanku atas pertanyaan mas Defian tempo hari via email. Dengan rangkain pesan yang cukup panjang, yang berisi tentang jawabanku, juga mencoba meyakinkan ulang dengan keseriusan mas Defian terhadapku. Keesokan harinya, ku dapatkan jawaban itu, bahwa ia jujur menyukaiku, dan berharap aku mau menjadi istrinya.
Bait – bait mulia selalu terucap dengan bisik – bisik penuh pinta pada-Nya. Aku meminta agar aku diberi petunjuk siapakah mas Defian sebenarnya, dengan segala apapun yang tidak aku ketahui darinya.
***************************************************************
Kejujuran yang pahit
Allah adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku merasakan Dia benar – benar mengabulkan doaku, karena sesuatu yang aku ketahui belakangan. Sesuatu yang menurutkui tu penting sekali, sesuatu yang begitu hidup dan nyata setelah rasaku tumbuh teramat dalam pada mas Defian.
Bermula pada mas Defian yang sering membahas Alif, dan umi Alif. Bahkan ia sempat kasih liat foto alif, aku bertanya saja, siapa Alif? Dia menjawab “ dia keponakanku..., lucu yah? Umurnya baru 2,5 tahun”.
Aku merasa senang karena aku anggap mas Defian sudah lebih memasukkan dan melibatkan aku di dalam keluarganya. Dan iapun sering bercerita tentang umi Alif. Sempat mas Farhan bertanya, “bolehkah umi Alif tahu nomor HP kamu? Dia ingin mengenalmu, dia setuju jika aku melamarmu...” jelasnya panjang lebar di kala itu.“ Boleh saja...” , Jawabku datar. Meski jujur di saat itu aku berfikir ganjal. Siapakah umi Alif itu? Kenapa mas Defian selalu mengaitkan hubunganku dengannya pada umi Alif? Tapi semua pertanyaan ku cepat berlalu, karena percakapan lainku dengannya menutupi semua kegundahanku.
Se-usai subuh ku dengar Hpku berbunyi, aku lihat nomor asing. Coba ku angkat “ Assalamualaikum, ya...” sapaku dengan suara yang agak serak karena masih pagi. “ waalaikumsalam, ini benar Rinda?” tanya suara seorang wanita di seberang sana. “ iya betul ini siapa ya?” jawabku sembari bertanya kembali. “ ini umi Alif, apa kabar? Kapan nih mau main dan jalan – jalan ke sini?” jelasnya dengan pertanyaan yang bermakna menyambut itu, “ Alhamdulillah baik uni, uni sendiri gimana? Insya Allah kalu pun ada yang jemput nanti saya akan ke sana”jawabku dengan wajah yang merona, karena pasti umi Alif tahu maksudku. “ Oh..., insya Allah” sahut umi Alif dengan sedikit datar. “ oh ya uni, alif mana? Mas Defian sering sekali cerita soal Alif...” tanyaku. “ Oh, Alif masih bobo, iyakah? Tadi dia minta digaruk punggungnya, ada biang keringat” jelas umi Alif. “ oh ya Allah, itu loh uni, coba aja dikasih bedak dingin, kalau di sini sering sekali kalau anak kecil biang keringat diobatin pakai bedak itu, insya Allah sembuh..” saranku pada umi Alif, “ Iyah, Alhamdulillah, kemarin juga sudah diperiksa ke dokter kok..., baiklah kalu begitu, saya tutup dulu yah telfonnya, kelihatannya Alif bangun lagi, salamualaikum..., “ pamitnya. “ oh, ya deh, trimakasih sudah menelfon, insya Allah saya akan main ke sana kalu ada kesempatan, waalaikumsalam....” jawabku dengan ramah.
Hatiku bertambah bahagia. Aku merasa lebih dekat dengan keluarga mas Defian. Dan paginya pun aku menunggu mas Defian Online, namun sayang, dia tak ada. Benar saja aku resah dan gundah, tak hilang akal, aku ceritakan perasaanku yang selepas ditelfon oleh umi Alif via email. Aku juga bertanya, sebenarnya umi Alif itu siapa? Istri dari kakak mas Defian-kah?. Akan tetapi baru keesokkan harinyalah, ku dapati jawaban emailku. Singkat isi email itu menjawab bahwa :
“umi Alif insya Allah menantu yang solehah dari kedua orang tuaku, dan dia seorang istri dari putra ibuku, dan kegiatan sehari – hari selain melanjutkan kuliahnya dia menjahit pesanan jilbab, sambil menunggu kepulangan suaminya yang tercinta”.
Seperti itulah yang aku terima jawabannya. Hmm, sedikit membingungkan, karena mas Defian membiarkan aku mereka – reka. Hanya saja, masih ada yang ganjal, namun aku tak siap jika harus menanyakan hal ini kepadanya secara langsung. Aku memang memiliki nomor HP nya, tapi aku tak sesering sms layaknya orang yang sedang dimabuk asmara. Hanya saja mengantisipasi, jika ada kabar penting. Semisalkan : ia akan tugas di luar kota dari kantornya dan harus menginap beberapa hari jadi dia tak bisa online, tahulah kalu kita sering bersapa, tiba – tiba dia menghilang, dan membuat aku khawatir. Dan hal seperti itu biasa dia lakukan, di pesan offline, atupun di email, kalu tak sempat barulah dia sms, atu telfon. Hal – hal terkecil pun selalu ada diantara kami, kami sudah terbiasa dengan itu, dan mungkin itulah yang membuat kami terasa dekat seperti lagu “ jauh di mata dekat di hati”, ( (halah…..) hmm ya yaya begitulah.
Hampir 2 tahun ini, aku mengenalnya. Dari kisah dan cerita, interaksi bersamanya, bagaimana dia, selalu saja ada perasaan yang cocok. Misalnya saja : sedari malam aku tak bisa tenang memikirkannya, aku berfikir apakah dia sedang sakit? Dan ternyata keesokan harinya ada email yang isinya menyampaikan bahwa dia sakit, sesudah aku bertanya kabarnya via email juga hari itu, ada lagi, sewaktu siang usai dhuhur, aku merasa tak tenang, aku mencoba sms, karena aku ini orang panikkan, dan setelah aku bertanya apakah dia baik – baik saja? Jawab sms nya adalah ibu jari tangan mas Defian sebelah kiri terjepit alat stephles yang besar sewaktu dikantor Astgfirullah. Berlebihankah lagi ini? Atau Inikah ikatan batin? Entahlah...
************************************************
Bersambung ........
** murrabi : Guru mengaji
** walhamdulillah ala kuli hal : segala puji tetap bagi Allah dalam setiap keadaan
Ratih Septiana
Net Blogger II
1. 16 pm
Selasa, 1/ 06/ 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar