“Akhirnya ada juga Nduk Bis yang lewat. Kita pulang Nduk. Ya Allah, kok ya tega ya nda mau berhenti. Sabar ya Nduk, insya Allah akan ada lagi Bis yang lewat. “
Bayi perempuan berumur sebelas bulan itu hanya tersenyum senyum mendengar perkataan ibunya.
Kembali Ibu itu melambaikan tangannya kepada Bis yang lewat tapi tetap saja Bis itu tidak mau berhenti. Bayi itu tertawa, “Nduk…Nduk…kok kamu bisa bisanya tertawa.”
Bayi lucu itu tidak mau tahu teriknya mentari saat itu.
“Alhamdulillah…ada juga yang berbaik hati mau berhenti.”
“Cepet Bu cepet!“ ujar kondektur.
“Ya Allah, Bis nya penuh Nduk, tapi ga apa apa, yang penting kita bisa pulang ya Nduk.“
“Jogja , jogja!“ teriak sang kondektur mencari penumpang.
“Lha wong sudah penuh sesak begini kok masih cari penumpang. “
“Mas! Pie toh mas, sesak begini kok“ salah seorang penumpang geram.
Tiba tiba bayi itu menangis. “Aduh Nduk, jangan nangis toh Nduk”
Tapi bayi itu makin keras tangisnya. Suasana panas saat itu makin membuat para penumpang tidak nyaman, apalagi dengan kondisi penuh sesaknya manusia didalam bis tersebut.
“Bu, anak e bisa disuruh diam ndak sih?“ ujar salah seorang penumpang di sebelahnya.
“Maaf pak, maaf. “
“Huh, udah bayar mahal mahal, tapi kaya begini“ salah seorang lagi marah marah.
“Saya ini mau tidur, disuruh diam bisa nda sih“ ujar seorang ibu ibu gemuk dibelakangnya.
“Hey, anak siapa itu, macet begini bikin pusing saja“ teriak pak sopir.
“Suruh turun saja pak sopir” teriak penumpang belakang.
“Iya, turuni saja. Wong sudah sesak begini kok“ tambah yang lain.
“Kalau anak itu nda mau diam, lebih baik kalian turun saja“ ujar pak kondektur.
“Bapak bapak, Ibu ibu, siapa yang nda setuju kalau ibu ini disuruh turun?“ tanya salah seorang penumpang sambil berdiri.
Semua terdiam.
“Suruh turun saja“ salah seorang kakek berkata.
“Ibu turun saja disini. Cari bis yang lain saja“ kata kondektur.
“Maaf bapak bapak ibu ibu, kalau anak saya ini mengganggu, tapi anak ini kan masih kecil, belum mengerti apa apa. Tolonglah kami. Tolong“
“Wah, nda bisa Bu, anak ibu ini main kenceng saja nangisnya. Disini banyak penumpang yang mau istirahat“ tambah pak Kondektur.
Dengan tidak hormat, Ibu dan anak itu dipaksa turun dari bis.
“Ya Allah, kok ya ada manusia manusia seperti itu. Kok ya nda kasihan sama anak bayi ini. Nduk, Nduk, kamu tuh bikin susah ibumu saja Nduk.“
Dengan tertatih, ibu itu mencoba menyetop mobil yang lewat saat itu sambil berjalan berkilo-kilo meter. Dan sampai akhirnya.
“Lho, ibu mau kemana, sudah hampir gelap begini kok. Kasihan anaknya.“ Tanya sang pengemudi.
“Maaf, dek. Boleh ibu menumpang sampai kota”
“Oh tentu tentu. Masuk Bu.“ jawab sang pengemudi.
“Ternyata masih ada anak muda baik hati seperti adik ini ya.” Si bayi itu tertawa tawa ketika mereka menumpang dimobil itu.
“Ibu ini sebenarnya mau kemana toh?“ Tanya sang pengemudi.
“Saya mau ke Jogja, mau pulang.“
“Wah, kebetulan kalau begitu, saya juga mau kerumah mbah yang ada di Jogja. Kalau begitu saya antar ibu sampai rumah, kasihan bayi ne.“ ujar sang pengemudi.
“Tapi saya masih bingung, kenapa kok ya bisa ibu ini sendirian ditengah sawah tadi?“
“Oh, saya itu juga bingung dek, kok ya ada orang yang tega menurunkan saya, gara gara anak saya ini terus terusan nangis.“ jawab si Ibu
“Masa sih bu. Wah, kalau itu kebangetan toh bu.“ timpal sang pengemudi.
*****
Beberapa jam kemudian.
“Wah, ada apa ya kok nda biasa biasanya macet begini. Mas mas, aqua nya satu mas. Mas, ada apa toh mas, kok bisa macet begini ? panjang ya mas macet nya?“ tanya anak muda itu.
“Wah iya mas, katanya ada kecelakaan bis didepan sana.“ jawab penjual minuman.
“Oh…terimas kasih ya..mas. Ini bu, kalau ibu haus.“
“Oh, ini toh bisnya, ya Allah bisnya hangus terbakar, oh pantes. Tabrakan dengan truk besar.“ heran anak muda itu.
Prit prit prit, seorang polisi sedang mengatur jalannya arus lalu lintas yang macet itu.
“Pak ada yang selamat pak?“
“Kasihan dek, semua penumpang dan sopirnya tewas.“ jawab Polisi.
“Ya Allah, alhamdulillah. Ohh Nduk, untung kamu nangis Nduk.“ kata si Ibu
“Lha kok, ibu malah alhamdulillah wong ada musibah seperti ini kok.“ timpal sang pengemudi
“Dek, ini lho dek bis yang ibu naiki itu.“
“Ha, yang bener toh bu? Ya Allah. Kalau begitu anak ibu ini sudah menyelamatkan ibu lho. Itu adalah kasih sayang Allah bu, lewat anak ibu ini.”
“Ya..Allah, apa jadinya kalau saya dan anak saya masih menumpang bis itu ya…dek, alhamdulillah Alhamdulillah.”
~ Diambil dari kisah nyata ~
Sesungguhnya Allah itu maha mengetahui apa apa yang terbaik untuk hambanya. karena itu pandai pandailah mencari Hikmah dibalik sebuah musibah dan ingat lah selalu untuk bersabar. Karena Allah selalu bersama orang orang yang sabar.
***
Sumber: tulisan sahabat
copas dr:
There are certainly a lot of details like that to take into consideration. That is a great point to bring up. I offer the thoughts above as general inspiration but clearly there are questions like the one you bring up where the most important thing will be working in honest good faith. I don?t know if best practices have emerged around things like that
BalasHapus