Dalam sejuta ketidakpastian
Selembar jiwa rapuh menari-nari mewujud dalam kegalauan
kepedihan Kucari seribu sebab, tak pernah berakhir
Merindu akan rasa perih itu
Terpuruk dalam rumah tak berpintu
Rasa perih yang menghantarkanku dalam dekapanNya
Ingin aku berteriak ke lubang telingaku
Inikah cara Dia mendekatkanku kembali kepadaNya
Hijab-hijab keduniawian yang fana
masih melambai antara aku dan Dia
Hanya satu yang aku rasa
Menikmati pedihnya sebuah kegalauan
Menikmati bentuk cintaNya yang kurasakan aneh
Tetapi taklah aneh bagi jiwa yang berserah diri.
Adalah kusadari Puncak sejuta kegalauan
Akan terhapus dengan sebuah pertemuan
Allahu rabbi, betapa indahnya sebuah pertemuan
Maka dengarlah ketika Ia berbisik:
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
dan demi malam apabila telah sunyi gelap,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang atau permulaan
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,
lalu hati kamu menjadi puas.
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim,
lalu Dia melindungimu?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung,
lalu Dia memberikan petunjuk.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan.
Sebab itu,
terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang minta-minta,
janganlah kamu menghardiknya.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu,
maka hendaklah kamu siarkan.
(Adh-Dhuha)
Revisi : Dipati Ukur, 06 Oktober 2010 16:02
Griya Bandung Indah, 19 April 2010 ba'da Isya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar