Di hutan Irian, banyak sekali burung dengan aneka jenis yang indah. Beberapa burung seperti Cendrawasih yang hidup terbang di atas pohon, sampai saat ini masih diburu oleh pemburu-pemburu liar guna diperjual belikan. Burung tersebut tentu saja mempunyai rasa cemas dan gelisah kerana menyadari bahwa dirinya menjadi buruan banyak orang.
Ada juga beberapa burung yang hidup di bawah, dengan membuat sarang di bawah, dan tidak dikejar-kejar oleh para pemburu. Ia menyadari bahwa hidupnya tidak gelisah, tidak penuh kecemasan karena ancaman diburu.
“Burung-burung yang hidup dibawah, dekat dengan bumi, akan merasakan kedamaian karena ia dekat dengan sumber kerendah-hatian”
Ada beberapa orang yang meninggikan dirinya, sengaja membuat dirinya tinggi dari status, jabatan, ataupun nama. Ketinggian dirinya tentu saja menyebabkan rasa cemas, gelisah, dan takut dengan‘perburuan’ dari rasa was-was akan kehilangan semua yang dimiliki.
Sementara orang yang memilih ada di kerendahan, dekat dengan bumi, akan merasa damai karena mereka tidak dikejar oleh rasa gengsi, dan tidak cemas akan kehilangan sesuatu.
Kecemasan kita dan rasa takut kita digambarkan oleh pikiran kita sendiri. Banyak dari kita yang secara tidak sadar mempunyai ketakukan tersembunyi, yiatu selalu menghilangkan atau ‘membunuh’gambar pikiran untuk mencapai kondisi ‘khusuk’
“Dengan berusaha menepis gambar-gambar pikiran, menghilangkannya untuk kondisi yang dipahami sebagai khusuk, menggambarkan bahwa kita takut dan cemas kehilangan sesuatu.”
Khusuk bukanlah konsentrasi, khusuk adalah ‘trance’.
Dalam beribadah kita memang harus mengalami ‘trance’ yaitu mengalami penyatuan antara kehidupan luar kita ( sebagai saksi ) dan kehidupan dalam kita ( sebagai yang disaksikan ).
Sekali lagi bahwa khusuk bukanlah konsentrasi yang mengharuskan kita focus pada satu titik dan mengharapkan pikiran tidak mengeluarkan gambar-gambar lainnya, sehingga bila pikiran sedang mengeluarkan gambar lain, sesegera mungkin anda tepis dan anda hilangkan. Anda berusaha kembali focus pada satu titik yang anda buat.
Apa yang terjadi?
Sekali gambar pikiran dihilangkan, ia akan tumbuh seribu. Ya prinsip mati satu tumbuh seribu sangat berlaku sekali bagi gambar-gambar pikiran anda. Jadi akan sampai kapan anda berusaha menghilangkan gambar pikiran untuk satu kondisi yang anda namakan khusuk?
“Khusuk tidak akan pernah dicapai dengan konsentrasi”
Ada perbedaan yang sangat mendasar antara khusuk dan konsentrasi. Khusyuk adalah kondisi penyatuan antara kehidupan luar dan kehidupan dalam, dalam bahasa lain disebut sebagai ‘trance’. Dan trance hanya bisa dicapai dengan menyadari sepenuhnya aliran pikiran dan hanyut dalam aliran tersebut.
Sementara konsentrasi adalah kegiatan pemusatan pikiran yang menyebabkan ia mengambil jarak dan dengan jarak tersebut ia berdiri kokoh sehingga tidak bisa hanyut.
Hari kesembilan ini, kita akan melihat lagi tentang paradigm kita tentang khusuk.
Apakah yang saya lakukan selama ini untuk berusaha khusuk itu adalah konsentrasi atau trance?
Apabila khusuk yang anda lakukan adalah focus kepada satu titik dan mencoba menghilangkan, menepis atau membunuh gambar-gambar pikiran anda, maka usaha tersebut akan sia-sia, karena pikiran akan mengeluarkan seribu gambar ketika satu gambarnya anda bunuh!
Hari kesembilan ini adalah meng-aplikasikan artikel hari ke delapan dalam kegiatan yang membutuhkan khusuk anda. Setiap kali ibadah yang anda harapakan akan menjadi khusuk di dalamnya, ikuti aliran pikiran yang ada. Hanya mengikuti sampai sejauh mana gambar itu bisa bertahan disana. Ia tidak akan bertahan, ia akan selalu berganti seperti slide-slide film. Apabila anda benar-benar mengikuti tanpa menilai, sekali lagi adalah mengikuti aliran pikiran tanpa menilai, maka anda akan masuk dalam kondisi khusuk atau trance tersebut.
Dalam keadaan khsusuk, anda akan hanyut dalam penyatuan antara kehidupan luar anda dan kehidupan dalam anda.
Salam Jernih &Damai
Agung Webe – http://www.agungwebe.net
Bekasi, 9 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar