Seseorang yang mempunyai masalah dalam kehidupan akan merasa ‘sumpek’, sempit, dan terhimpit, ketika ia hanya memandang masalah yang ia hadapi dari satu sudut pandang, yaitu sudut pandang yang ia pakai saat ini. Ia akan menganggap masalahnya adalah sebuah sudut tetap yang tidak berubah. Ia terpaku pada satu pikiran dan menafsirkan kesulitan-kesulitan yang ia hadapi dalam pemikirannya sendiri.
“Sesungguhnya, sebagian besar kesulitan yang disebabkan oleh permasalahan kita berasal dari prasangka kita sendiri yang tidak berubah mengenai cara kita menafsirkan kesulitan-kesulitan pribadi pada diri kita sendiri”
Saya akan merasa terhimpit dan selamanya terhimpit masalah yang saya hadapi, ketika saya tidak berani bertanya pada diri sendiri : “Bagaimana jika prasangka saya terhadap masalah saya ini ternyata salah?”
Kedamaian adalah sebuah kesadaran bahwa pandangan kita hanyalah salah satu sudut pandang, dan kita sedang belajar untuk memandang segala sesuatu dari berbagai sudut pandang.
Kedamaian yang dipahami sebagai meluasnya kesadaran, adalah langkah untuk melangkah menuju berbagai sudut yang sebelumnya belum pernah kita kunjungi.
“Spiritualitas mempunyai makna menggali perspektif yang semakin luas”
Banyak yang meng-klaim dirinya spiritualis, namun ternyata pandangannya malah semakin sempit. Bagaimana bisa mengatakan dirinya spiritual atau kelompok spiritual kalau ternyata ia hanya mengenal satu sudut pandang, yaitu sudut pandang dirinya sendiri.
Pada saat berada di ruang tunggu bandara untuk naik pesawat, saya hanya melihat orang-orang di ruang tunggu tersebut. Bagi saya yang saat itu di ruang tunggu bandara, saya tidak melihat yang dinamakan kota Tangerang itu apa, saya tidak melihat kota Bekasi itu apa, saya tidak melihat orang-orang yang sedang melaju di jalan tol Cawang itu seperti apa.
Ketika ada orang yang baru saja datang dari Tangerang dan bercerita tentang Tangerang, saya tidak percaya, karena yang saya percayai hanyalah pandangan yang saya liat, yaitu ruang tunggu bandara. Ketika ada yang bercerita tentang kemacetan saat itu di tol Cawang, saya juga tidak percaya, karena yang saya lihat hanyalah ruang tunggu bandara.
Kemudian tibalah saatnya saya memasuki pesawat. Perlahan-lahan pesawat saya naik keatas. Pandangan saya sekarang lebih luas dari sekedar ruang tunggu bandara. Saya melihat area bandara. Semakin ke atas lagi dan saya melihat Kota Tangerang, dan saya berbisik, “ternyata yang dikatakan oleh orang itu benar”
Semakin tinggi lagi saya naik saya melihat keadaan tol Cawang. Dan saat itu juga saya berbisik, “ternyata kemacetan tadi itu benar adanya”
Ketika pesawat saya semakin naik lagi, pandangan saya semakin luas. Saya melihat pulau Jawa dan melihat pulau lainnya. Sudut pandang saya diatas semakin lebar, yang artinya saya bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang di daratan sana.
“Saat saya keluar dari diri saya dan melihat segala sesuatunya dari diri orang lain, maka saya akan menemukan pemahaman yang luar biasa”
Bagaimana jika, ketika anda punya masalah dengan orang lain dan ternyata anda yang salah dan orang lain tersebut yang benar?
Bagaimana jika, apa yang anda yakini selama ini adalah salah, dan yang diyakini oleh orang lain itu benar?
Bagaimana jika, anda bukan manusia biasa dan ternyata anda adalah utusan yang istimewa?
Dan lihat, hanya dengan 3 pertanyaan yang diawali ‘bagaimana jika’, pikiran anda sudah mulai ber-argument dan memperlihatkan sedang mempertahankan posisi kuatnya yang tidak mau digeser.
Apakah anda menyadarinya?
Saya ulangi lagi dan tanyakan ini pada diri anda: “Bagaimana jika keyakinan yang saya yakini selama ini ternyata salah ?”
Apa reaksi pikiran anda?
Hari ke dua belas ini adalah membiarkan pikiran anda seharian ini dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan yang diawali dengan: Bagaimana jika?
Apapun yang anda hadapi, buat pertanyaan dengan ‘bagaimana jika’
- Bagaimana jika pasanganku tidak mencitaiku?
- Bagaimana jika aku mencintai orang lain?
- Bagaimana jika orang itu membenci saya?
- Bagaimana jika setiap orang saya beri uang yang banyak?
- Bagaimana jika saya ini malaikat?
- Dll ….
Biarkan pikiran anda pada hari ke dua belas ini diobok-obok oleh kesadaran anda sendiri yang sedang memaksa jiwa untuk bergerak naik!
Jiwa anda adalah relative, untuk itu tidak terbatasi oleh apapun juga. Jadi mengapa anda mau dibatasi oleh pemikiran anda sendiri? Dan mengapa anda menciptakan batasan-batasan dalam pikiran anda?
“Bagaimana jika, anda ternyata adalah pribadi yang tidak terbatasi oleh apapun juga? Dan ternyata sekarang sedang melakukan kesalahan menganggap anda sebagai manusia yang penuh keterbatasan?”
Salam Jernih & Damai
Agung Webe – http://www.agungwebe.net
Bekasi, 12 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar